Khutbah Idul Adha 1446 H / 2025 M mengangkat tema tentang pengorbanan Nabi Ibrahim dan Ismail dan relevansinya di era modern saat ini. Idul Adha bukan hanya tentang penyembelihan hewan kurban, tetapi juga momen spiritual untuk menghidupkan kembali semangat pengorbanan dan ketundukan kepada Allah SWT, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS.
Khutbah Idul Adha 1446 H / 2025 M dengan judul “Pengorbanan Ibrahim Dan Ismail Di Era Modern” ini mengajak kita merenungi makna terdalam dari peristiwa agung yang menjadi fondasi ibadah kurban. Nilai-nilai iman, keikhlasan, dan kepatuhan mutlak kepada Allah sangat relevan diterapkan di tengah tantangan kehidupan modern yang seringkali menjauhkan manusia dari nilai-nilai spiritual.
Semoga naskah atau teks khutbah Idul Adha 1446 H /2025 M ini membawa manfaat, memperkuat keimanan, dan menginspirasi kita semua untuk menjadi hamba yang lebih taat dan ikhlas dalam beribadah. Selamat merayakan Idul Adha. Taqabbalallahu minna wa minkum.
Baca Juga : Khutbah Idul Fitri 1446 H / 2025 M: Kembalikan Hatimu Pada FitrahNya!
Khutbah Idul Adha 1446 H: Pengorbanan Ibrahim dan Ismail Di Era Modern
Khutbah l
اَللّٰهُ أَكْبَرُ اَللّٰهُ أَكْبَرُ اَللّٰهُ أَكْبَرُ ، اَللّٰهُ أَكْبَرُ اَللّٰهُ أَكْبَرُ اَللّٰهُ أَكْبَرُ ، اَللّٰهُ أَكْبَرُ اَللّٰهُ أَكْبَرُ اَللّٰهُ أَكْبَرُ
اَللّٰهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا ، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا ، لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اَللّٰهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ عَلَىٰ نِعَمِهِ الْغِزَار ، أَشْكُرُهُ عَلَىٰ قِسَمِهِ الْمِدْرَار ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَه وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُخْتَار، وَآلِهِ الْأَطْهَار وَأَصْحَابِهِ الْأَخْيَار ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا
أَمَّا بَعْدُ : فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ رَبَّ الْعَالَمِيْنَ ، فَالتَّقْوَىٰ وَصِيَّةُ اللهِ الْأَوَّلِيْنَ وَالْآخِرِيْنَ وَشِعَارُ الْمُؤْمِنِيْنَ وَدِثَارُ الْمُتَّقِيْنَ . قَالَ اللهُ تَعَالى فِيْ كِتَابِهِ الكَرِيْمِ: وَاِذِ ابْتَلٰٓى اِبْرٰهٖمَ رَبُّهٗ بِكَلِمٰتٍ فَاَتَمَّهُنَّ ، قَالَ اِنِّيْ جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ اِمَامًا ، قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْ ، قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِى الظّٰلِمِيْنَ
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin … marilah kita mengungkapkan rasa syukur ke hadiran Alloh SWT, atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga kita dapat berkumpul kembali di hari raya Idul Adha yang penuh berkah ini. Sholawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, cahaya petunjuk yang menerangi jalan kita dari gelapnya kebodohan menuju terang yang penuh keimanan.
All0hu Akbar, Allohu Akbar, walillahil hamd.
Ma’asyiral hadirin, Jamaah sholat Id rahimakumullah …
Hari ini, kita diingatkan kembali akan pengorbanan Nabi Ibrahim AS dan putranya, Ismail AS. Peristiwa tersebut bukan sekadar sejarah, melainkan teladan abadi yang mengandung nilai-nilai luhur.
Peristiwa agung tersebut mengajarkan kita betapa besar ujian dan keimanan yang harus dilalui oleh Nabi Ibrahim AS dan putranya. Untuk lebih memahami betapa dalam makna pengorbanan dan keteguhan iman tersebut, marilah kita renungkan firman Allah SWT dalam surat Ash-Shaffat ayat 102 yang menggambarkan dialog penuh makna antara keduanya:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰى
Maka ketika anak itu sampai pada umur yang sanggup bekerja bersamanya, Ibrahim berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu.”
Jawaban Ismail sangat menyentuh jiwa, sebagaimana lanjutan ayat tersebut:
قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ
Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu! Insya Allah, engkau akan mendapati aku termasuk orang-orang yang sabar.”
Dalam ayat ini, kita menyaksikan keteguhan hati Nabi Ibrahim AS yang tanpa ragu menyampaikan perintah Allah kepada putranya. Di sisi lain, Ismail AS menunjukkan kepasrahan dan keikhlasan yang luar biasa, menerima perintah ayahnya sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT. Dialog dan pengorbanan mereka mengajarkan kita untuk selalu bersabar dan ikhlas dalam menghadapi ujian hidup, betapapun beratnya.
Menguatkan makna pengorbanan ini, Rasulullah SAW bersabda:
مَا عَمِلَ ابْنُ آدَمَ يَوْمَ النَّحْرِ عَمَلاً أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ هِرَاقَةِ دَمٍ , وَإِنَّهُ لَيَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَظْلاَفِهَا وَأَشْعَارِهَا, وَإِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ عَلَى الأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا
“Tidak ada amalan pada hari Nahr (Idul Adha) yang lebih dicintai Allah daripada mengalirkan darah hewan kurban. Ia akan datang pada hari kiamat dengan tanduk, kuku, dan bulunya. Sungguh darah itu sampai kepada Allah sebelum jatuh ke tanah, maka sucikanlah jiwa kalian dengan berkurban.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Hadits ini menegaskan betapa pentingnya makna pengorbanan dalam kehidupan seorang Muslim, bukan hanya sebagai ritual, tetapi sebagai simbol ketakwaan dan ketaatan yang tulus.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil-hamd,
Ma’asyiral hadirin rahimakumullah …
Di era modern ini, tantangan semakin kompleks. Godaan materi, teknologi, dan gaya hidup konsumtif bisa mengikis keimanan dan keikhlasan kita. Meski berbeda dengan ujian nyata Nabi Ibrahim dan Ismail AS, esensi perjuangan tetap sama: keteguhan iman, keikhlasan beramal, dan kesiapan berkorban demi kebaikan.
Perjuangan mereka adalah perintah Allah untuk mengorbankan yang paling berharga, sementara kita diuji dengan godaan duniawi yang halus. Namun, kita harus menyesuaikan diri tanpa kehilangan nilai luhur yang mereka wariskan.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil-hamd,
Ma’asyiral hadirin rahimakumullah …
Pengorbanan bukan hanya menyembelih hewan, tapi juga berkorban waktu, tenaga, harta, dan ego demi keluarga, masyarakat, dan agama. Misalnya, membantu sesama, menjaga amanah, dan aktif dalam kebaikan sosial. Dengan membagikan daging kurban kepada fakir miskin, kita menegaskan persaudaraan dan kepedulian sosial sebagai wujud kasih sayang yang harus kita jaga.
Marilah kita jadikan Idul Adha sebagai momentum untuk memperkuat iman, meningkatkan keikhlasan, dan menghidupkan semangat pengorbanan demi meraih keridhaan Allah SWT. Semoga Allah menerima amal ibadah kita, mengampuni dosa-dosa kita, dan menjadikan kita hamba-Nya yang senantiasa berserah diri serta istiqamah dalam beribadah. Amin ya Rabbal ‘alamin.
جَعَلَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ السُّعَدَآءِ المَقْبُوْلِيْنَ ، وَأَدْخَلَنَا وَإِيَّاكُمْ فِيْ زُمْرَةِ عِباَدِهِ المُتَّقِيْنَ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمِ ، وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ
Khutbah ll
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ
اللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ
اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِالْإِصْلَاحِ ، وَحَثَّنَا عَلَى الصَّلَاحِ ، وَبَيَّنَ لَنَا سُبُلَ الْفَلَاحِ
وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ . أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ ، إنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى فِيْهِ بِمَلَائِكَتِهِ . فقَالَ تَعَالَى : إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا . اللَّهُمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ الْاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا ، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا أَخِرَتَنَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَادُنَا ، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ
اَللَّهُمَّ لَا تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلَّا غَفَرْتَهُ ، وَلَا دَيْنًا إِلَّا قَضَيْتَهُ ، وَلَا مَرِيْضًا إِلَّا شَفَيْتَهُ ، وَلَا حَاجَةً مِنْ حَوَائِجِ الدُّنْيَا إِلَّا قَضَيْتَهَا وَيَسَّرْتَهَا لَنَا يَا أَكْرَمَ الْأَكْرَمِيْنَ، وَيَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ، وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ ، عَنْ بَلَدِنَا هَذَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ ، رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
عِبَادَ اللهِ.. إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Muhammad Shodiq Ma’mun, S.Sos
(Penyuluh Agama Islam Kecamatan Ajibarang)