Bulan Ramadhan tidak mengendurkan agenda kajian bulanan PAC Fatayat NU Baturraden.
Kajian bulanan merupakan agenda rutin PAC Fatayat NU Baturraden untuk melakukan konsolidasi internal.
Kajian dihadiri oleh anggota dari 13 ranting Fatayat yang ada di kecamatan Baturraden.
Kajian bulan ini diadakan di masjid Indraprana, Karangmangu.
Masjid ini terletak di dekat lokawisata Baturraden yang terkenal dengan cuaca sejuk dan pemandangan indah.
Kajian dihadiri oleh ustadz Suswoyo, S.Pd selaku ketua tanfidziyah MWC NU Baturraden.
Beliau sekaligus didaulat untuk menjadi narasumber pada kajian bulanan PAC NU Fatayat Baturraden
Luruskan Niat Berorganisasi
Ustadz Suswoyo mengingatkan para peserta kajian untuk meluruskan niat berorganisasi.
Kerapkali ditemui niat yang salah kaprah saat berkiprah di organisasi.
Baca juga:Â Jadikan Keragaman Fikih Sebagai Etika Sosial
Ada yang berniat untuk mendapatkan jabatan, naik ke level organisasi yang lebih tinggi, atau mencari keuntungan.
Hal semacam itu akan merusak keikhlasan khidmah dalam organisasi.
Padahal organisasi merupakan wadah untuk mendarmabaktikan diri pada masyarakat dan lingkungan.
Niat yang salah di awal akan mengarah pada penyalahgunaan aktifitas organisasi.
Agenda – agenda organisasi yang ditunggangi kepentingan pribadi berpotensi tidak akan memberi manfaat pada lingkungan sosial.
Fatayat NU Harus Berpartisipasi Meminimalisir Kelompok Konservatif
Sebagai konsolidasi internal, Zumrotus Sa’adah, S.H. selaku ketua PAC Fatayat NU Baturraden juga menyampaikan beberapa pesan.
Perempuan yang akrab dipanggil Mbak Zum ini mengatakan bahwa Fatayat NU harus berkontribusi dalam menjaga kerukunan dan kenyamanan dalam lingkungan masyarakat.
Kontribusi bisa dilakukan dengan aktif pada aktifitas sosial baik yang bersifat keagamaan maupun non-keagamaan.
Setiap anggota Fatayat NU diharap menjadi garda depan dalam menjaga ketenteraman lingkungan dan mampu meminimalisir aktifitas yang berpotensi menimbulkan konflik di akar rumput.
Misal, merebaknya kajian keagamaan yang eksklusif dan tertutup di wilayah Baturraden perlu diimbangi dengan kajian NU semacam ini.
Tentu kajian ini bukan untuk menyalahkan kelompok lain, namun sebagai langkah antisipatif dalam penyebaran paham keislaman yang konservatif dan suka memantik api dalam sekam.