Di dalam QS. Al-Maidah ayat 3, ada penggalan ayat yang terjemahnya “Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu dan telah Aku cukupkan untukmu ni’mat-Ku…”
Ddari penggalan ini dapat kita pahami bahwa agama Allah (Islam) adalah ni’mat. Ni’mat dari-Nya untuk sekalian umat manusia.
Oleh karena Islam adalah ni’mat, maka sudah barang tentu ber-Islam idealnya juga harus ni’mat.
Karena tidak ada sesuatu yang keluar dari ni’mat kecuali ni’mat itu sendiri.
Namun sayang, Islam sebagai ni’mat ini, terkadang oleh sebagian kita malah tidak terasa keni’matannya, yang terasa justru adalah beratnya.
Sehingga ber-Islam menjadi tidak berbahagia tetapi malah susah karena Islam dianggap sebagai beban dalam kehidupan.
Sekali lagi, Islam adalah ni’mat dan ber-Islam itu harus dengan suka cita.
Ber-Islam itu berada di dalam ridha Allah, dan ridha Allah adalah gambaran surga, karenanya ber-Islam harus bahagia.
Bagaimana tidak bahagia? Wong ber-Islam itu berada di dalam ni’mat-Nya, berada di dalam ridha-Nya, dan berada di dalam surga-Nya.
Dimana ni’mat Islam?
Lalu, di manakah letak ni’matnya Islam itu? Tentu karena Islam adalah ni’mat, maka di semua aspek, di semua sisi, dan di semua bagian dari Islam adalah ni’mat.
Dengan ini, jika kita ber-Islam kok malah tidak bahagia, kok malah suntuk, kok malah galau dan gelisah, berarti ada yang salah dengan cara kita ber-Islam.
Sebagaimana di atas, mungkin penyebabnya adalah karena kita menganggap Islam sebagai beban; Islam dianggap sebagai kewajiban-kewajiban yang memberatkan.
Baca juga: Jadi Orang Islam Tidak Harus Jadi Orang Arab
Islam dianggap sebagai ancaman-ancaman yang menakutkan; dan atau Islam dianggap sebagai aturan-aturan yang membelenggu dan menyempitkan gerak kehidupan.
Kalau seperti ini anggapan kita tentang Islam, wajar saja jika kita ber-Islam merasa berat. Wajar saja jika kita gagal merasakan ni’matnya Islam.
Memang, Islam itu berisi kewajiban-kewajiban, tetapi tidak ada satu kewajiban Islam yang memberatkan, karena Allah Sang Pemilik Islam menghendaki kemudahan bukan kesulitan.
Memang, Islam itu berisi ancaman-ancaman yang menakutkan, tetapi ancaman ini bukan untuk kita yang ber-Islam tetapi untuk mereka yang menentang/melanggar Islam.
Mereka diancam bukan karena Allah benci tetapi karena Allah sayang, agar dengan ancaman tersebut mereka menjadi (segera) kembali ke Allah.
Baca juga: Kemewahan Umat Islam
Memang, Islam berisi aturan-aturan, tetapi aturan tersebut bukan untuk membelenggu dan mempersempit gerak kehidupan tetapi untuk mengatur dan menyelamatkan kehidupan.
So, nikmatilah ni’matnya Islam, yang kenikmatannya bersumber dari Dzat Yang Maha Pemberi Ni’mat.
Berbahagialah ber-Islam, karena dengan ber-Islam sejatinya kita sedang berada di dalam ridha-Nya, dan tidak ada rasa lain, selain rasa ridha bagi seseorang yang berada di di dalam ridha-Nya.
Selamat ber-Islam with smiling face!
Wallahu A’lam Bish Shawwab!
Penulis: Dr. Munawir, S.Th.I, M.Si., dosen Ilmu Tafsir Hadits UIN Saifuddin Zuhri dan pengurus LBM PCNU Banyumas 2023-2028