PURWOKERTO, nubanyumas.com – Diksi digitalisasi menjelma menjadi word of the year. Meski demikian, publik belum sepenuhnya memahami digitalisasi sebagaimana mestinya.
Demikian disampaikan Irfan ‘Ibe’ Bahtiar sebagai praktisi digital content creator kenamaan asli Purwokerto. Ibe, sapaan akrabnya, menyampaikan itu kepada nubanyumas.com usai workshop nasional di Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Purwokerto, Jumat (30/12/2022).
“Dalam literasi digital, kita mengenal kalau istilah saya itu empat (4) jendela hidup. Yakni, learning to know, learning to be, learning to do dan learning to life together,” kata Ibe.
Apa saja itu? learning to know, berarti orang yang mau belajar menambah pengetahuan dalam hal digitalisasi. Sementara learning to be, orang belajar untuk ‘menjadi’ setelah berpengetahuan.
Baca Juga : Pesma An Najah Purwokerto Gelar Halaqoh Nasional
“Pada level selanjutnya, orang belajar dan berusaha untuk melakukan (praktisi). Dan terakhir, ujungnya adalah orang mau belajar hidup berdampingan, saling kolaborasi dan mengisi,” kata Ibe menjelaskan.
Empat jendela hidup digital ini, kata Ibe menjadi penting. Mengingat, dewasa ini banyak orang yang tau, tapi tidak memainkan peran. Tidak juga melakukan dan kalau ada yang sudah jadi, gagal berdampingan dengan orang lain.
Baca Juga : UNU Purwokerto Gelar Seminar Moderasi Bergama
“Ujungnya, bagaimana kita ini mendapat hasil dari tren digitalisasi. Kalau sudah kuasai empat jendela hidup itu, semua bisa jadi potensi pendapatan di dunia digital,” tegasnya.
Workshop digelar oleh Himpunan Mahasiswa Agroteknologi (HIMAGROTEK) Fakultas Sains dan Teknologi (SAINTEK). Mengambil tema “Inovasi Potensi Lokal Dalam Mempertahankan Ketahanan Pangan”. Dua pembicara lain, Dr. Ir. Heru Adi Djatmiko, M.P. (Unsoed). Kemudian Owner Cilengko Farm, Oso Suharso, S.P.