Sebuah kehormatan dan penghargaan dapat menjadi tuan rumah pada gelaran Konferensi Cabang VII Nahdlatul Ulama Banyumas Tahun 2022. Itulah keluarga besar Pondok Pesantren Mamba’ul Ushulil Hikmah Linggasari Kembaran atau akrab disebut Pondok Bakung asuhan Kiai Haji Muhammad Said Suyuti atau lebih dikenal Kiai Sangidun.
Berdiri sejak tahun 1990, terletak di Jalan Pondok Pesantren Mamba’ul Ushulil Hikmah, Grumbul Bakung, Desa Linggasari, Kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas 53182. Santrinya tercatat hingga sekarang mencapai lebih dari 100 santri putra dan putri yang mondok dan sambil bersekolah di lembaga pendidikan yang dikelola pesantren.
Sebelum berdiri pesantren, lingkungan Bakung sudah digunakan untuk kegiatan mengaji masyarakat lokal dengan bangunan yang masih sederhana. Berkat jerih payah Romo Kiai Haji Ahmad Sayuti, Ayahanda dari Kiai Sangidun, bantuan swadaya warga lokal dengan gotong royong pembangunan pesantren dalam terwujud.
Pasca bermukim di Bakung, Kiai Sangidun mulai melanjutkan jejak Kiai Ahmad Sayuti dengan meneruskan perjuangan mengasuh dan mengurus pondok. Berbekal pengalaman mondok di Pesantren Citangkolo, Ciamis Jawa Barat, Pesantren Kesugihan, Cilacap, dan beberapa pesantren lainnya, Kiai Sangidun berkhidmah meneruskan perjuangan ayahnya.
Pada perkembangannya, dua adik Kiai Sangidun ikut mendirikan pesantren di Bakung, yaitu Pesantren Tahfidzul Qur’an yang diasuh oleh Kiai Abdul Qodir dan Pesantren Al-Azis asuhan Kiai Abdul hamid. Selain itu, berdiri pula lembaga pendidikan, yaitu MI Miftahul Huda Linggasari, SMP Islam Walisongo Kembaran, dan SMK Ma’arif NU 1 Kembaran.
Program lain yang dikembangkan diantaranya kajian kitab kuning, madrasah diniyah, musyawarah ma’hadiyah, rebana atau hadrah, pengembangan bahasa asing, dan sebagainya. Pondok yang mengadaptasikan ciri salafiyah dengan modern, yaitu memadukan antara tradisi pesantren tradisional dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kekinian.
Terlebih dengan berdirinya SMK Ma’arif NU 1 Kembaran tahun 2002 dilingkungan pesantren, menambah sarana belajar yang baru dibidang keterampilan kejuruan atau pendidikan vokasi. Santri diajarkan dasar ilmu agama dan ilmu kejuruan sebagai bekal bagi kehidupan di masa depan.
(Purwanto/Musmuallim)