PURWOKERTO, nubanyumas.com – Kader Fatayat Banyumas diminta riang gembira dalam berorganisasi. Modal riang gembira, akan menjadikan khidmat lebih bahagia. Jika sudah bahagia, maka ‘kerja’ organisasi akan lebih ringan dan memberi dampak.
Demikian disampaikan Ketua PC Fatayat NU Banyumas, Tati Irawati, Rabu (1/5/2024). Mbak Ira, sapaan akrabnya, menyampaikan itu saat rapat kerja cabang (Rakercab) Fatayat di Gedung Al Arofat, Purwokerto.
“Saya sudah sampaikan, semua sahabat Fatayat Banyumas harus riang gembira, bahagia. Ikut Fatayat itu jangan baperan tapi berperan,” kata Mbak Ira yang juga anggota DPRD Banyumas tersebut.
Penguatan kader secara internal, kata Ira, adalah kunci. Harapannya, program kerja yang dihasilkan dari rakercab akan bisa dilaksanakan, direalisaskan dengan tuntas. Ira juga meminta agar program kerja harus mengena untuk masyarakat.
“Kita harus upayakan program kerja bisa dilaksanakan. Selain itu, ciptakan program kerja yang manfaat untuk kader, keluarga dan masyarakat. Saya titip itu. Bikin program yang berdampak untuk masyarakat,” katanya lagi.
Mbak Ira, yang juga mantan Ketua IPPNU Banyumas itu menekankan perlunya program unggulan. Artinya ada prioritas dari sekian program yang ada. Tapi titik tumpunya, tetap kemanfaatan untuk masyarakat.
PC Fatayat Banyumas menggelar rakorcab dirangkai dengan peringatan Harlah Fatayat ke 74. Hadir dalam kesempatan tersebut, Rais Syuriyah PCNU Banyumas, KH Drs Mughni Labib dan Ketua PCNU Banyumas, Drs H Imam Hidayat, MPd. Dilakukan juga khataman sebanyak 74 kali atau majelis sesuai dengan angka harlah.
Ketua Badan Otonom (Banom) NU Kabupaten Banyumas, Ketua KBIH NU Al Arofat, Dewan kehormatan, Pembina PC Fatayat NU Banyumas ikut diundang dalam kegiatan. Tidak lupa, ujung tombak perjuangan Fatayat yakni Ketua dan Sekretaris PAC Fatayat NU sekabupaten Banyumas.
Ketua PCNU Banyumas, Imam Hidayat menyampaikan apresiasi dan selamat terselenggaranya rakercab. “Saya berharap program Fatayat terkoneksi dengan program yang sedang dijalankan atau sudah digariskan NU,” katanya.
Penulis: Eti Wahyuningsih