JATILAWANG, nubanyumas.com – Halaqoh Pengasuh Ponpes dan Madin yang digelar PC RMI NU Banyumas berlangsung gayeng, Ahad (13/8/2023). Termasuk momen khas gaya santri-kiai yang identik dengan gojlokan. Terutama saat KH Lukman Haris Dimyati dari Termas atau Gus Lukman melontarkan pertanyaan sambil ‘gojlok’ kiai, gus, ning dan perwakilan madrasah dinniyah.
“Coba njenengan semua jawab spontan. Kalau santri gudigen itu berkah atau penyakit?” kata Gus Lukman disambut kelakar. Dan spontan mayoritas peserta halaqoh menjawab koor, “Berkah…”. Dengar jawaban seperti itu, spontan juga Gus Lukman menyebut jawab itu sesat lagi menyesatkan dalam diksi bahasa arab.
“Sebagai penyeimbang, saya katakan gudig itu penyakit. Harus dihilangkan. Pondok itu harus bersih, sehat,” kata Gus Lukman menambahkan.
KH Maulana Ahmad Hasan atau Gus Hasan bertindak menjadi moderator dalam halaqoh. Saat sesi pembukaan dan memperkenalkan sejumlah nama, Gus Hasan menyebut Gus Lukman punya nama beken ‘Gus Luky’. Juga berseloroh, bahwa Gus Lukman adalah mantan pengurus PBNU yang ‘tidak dipakai’ dalam periode sekarang. Tidak lupa, Gus Hasan juga menyebut diri sebagai caleg PKB dan minta didoakan didukung Gus Lukman supaya jadi.
Kembali soal gudig, Gus Lukman menyebut era pesantren saat ini berbeda dengan ketika para kiai mondok dulu. Menurutnya antusias memondokkan anak dewasa ini begitu tinggi. Juga menyebut gerakan ‘ayo mondok’ yang dia koordinatori beberapa tahun lalu berdampak signifikan.
“Ditambah lagi keberadaan UU Pesantren. Sehingga saat ini, ijazah pesantren, kurikulum kitab kuning jurumiyah misalnya yang dulu dipandang sebelah mata, kini diakui resmi oleh negara. Ini sungguh harus disyukuri oleh pesantren,” katanya.
Dia juga menyebut ada banyak model pendidikan peesantren yang kini diakui legalitasnya. Ada pendidikan diniyyah formal (PDF), muaddalah hingga ma’had aly yang merupakan perguruan tinggi pesantren. Para kiai, pengasuh madrasah diniyyah diminta untuk mengimplementasikan kaidah ‘al muhafadzoh ‘alal qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah’.
“Sekarang eranya anak generasi milenial, gen-z yang mondok. Tuntutannya sudah beda. Ada misalnya pesantren yang sekamar dua anak dan ber AC. Sudah saatnya santri diajari bahasa mandarin, inggris dan sebagainya,” kata Gus Lukman seraya menyebut Ar Risalah (Lirboyo) salah satu lembaga yang visioner.
Halaqoh pengasuh pesantren di Al Falah Tinggarjaya, kata Gus Lukman sangat tepat jika dijadikan ‘miqot’ untuk semangat perubahan tersebut. Dia juga yakin RMI bisa menjadi pelopor. Halaqoh juga menghadirkan pembicara dari PW RMI NU Jawa Tengah. Acara berakhir gayeng dengan pertnyaan dari peserta halaqoh.
Ketua PC RMI NU Banyumas H Agus Abdu Munif berterimakasih atas support banyak pihak sehingga acara terselenggara. Dia menegaskan, bahwa halaqoh ini murni bagian dari komitmen dan program kerja RMI. Yakni, bagaimana mensinergikan antar pesantren dan perbanyak untuk bertukar informasi dan pemikiran untuk kemajuan bersama.