Dari Soal ‘Barak Militer’ hingga Isu ‘Kabur Aja Dulu’ Dibahas di FMPP 43 Jawa-Madura

Dari Soal Barak Militer hingga Isu Kabur Aja Dulu Dibahas di FMPP 43 Jawa-Madura

KEBASEN, nubanyumas.com – Pondok Pesantren At-Taujieh Al-Islamy 2 Andalusia, Leler, Banyumas, menjadi tuan rumah gelaran Forum Musyawarah Pondok Pesantren (FMPP) ke-43 se-Jawa Madura, Rabu–Kamis, 18–19 Juni 2025. Forum bahtsul masail dua hari ini membuktikan bahwa pesantren bukan hanya tempat menimba ilmu agama, tapi juga ruang untuk berdiskusi tentang persoalan-persoalan zaman yang nyata.

Isu yang dibahas pun bukan hal remeh. Salah satu yang menarik perhatian adalah wacana kontroversial soal pembinaan siswa bermasalah di barak militer. Usulan ini pernah diangkat oleh Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, yang mengirim siswa pelaku tawuran dan penyalahgunaan narkoba ke lingkungan TNI.

“Kebijakan memasukkan siswa-siswa ke barak TNI pertama kali muncul sebagai upaya pemerintah untuk mengatasi perilaku buruk anak-anak yang terlibat dalam kenakalan remaja atau tindak kriminal. Di sana mereka akan mengikuti berbagai kegiatan seperti latihan fisik, baris-berbaris, bela diri, konseling, dan pembelajaran nilai-nilai kebangsaan,” tulis makalah dari Pesantren Al-Falah 2 Ploso Kediri yang dibahas di Komisi A.

Baca Juga : Duh! Janda Hamil Sebab Zina, Nikah pada Masa Idah.. Bagaimana Pandangan Fiqh?

Kendati bermaksud membentuk karakter, pendekatan militeristik ini dinilai sebagian peserta FMPP sebagai langkah yang bisa menyalahi prinsip pendidikan berbasis kasih sayang dan perlindungan anak.

Isu lain yang tak kalah mencuri perhatian adalah viralnya tagar #KaburAjaDulu di media sosial. Tema ini dibawa oleh Komisi B melalui makalah dari Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien (PPHM) Ngunut, Tulungagung.

“Tagar ‘Kabur Aja Dulu’ mendadak viral di media sosial dan menjadi perbincangan hangat di kalangan netizen… mencerminkan respons spontan terhadap situasi tertentu yang dianggap sulit atau berisiko,” tulis naskah tersebut.

Dalam pemaparannya, disebutkan bahwa ketidakstabilan ekonomi, kenaikan harga pokok, beban pajak, minimnya lapangan kerja, serta tingginya tingkat kriminalitas menjadi pemicu kekecewaan generasi muda—hingga muncul keinginan untuk “kabur” dari negeri sendiri.

Namun, forum FMPP memaknai fenomena ini bukan sekadar keluhan, melainkan sinyal sosial yang perlu ditanggapi serius. Bahtsul masail pun diarahkan untuk menggali pendekatan Islam yang solutif: bagaimana Islam menanggapi kegelisahan anak muda, dan bagaimana negara seharusnya hadir dengan kebijakan yang adil dan manusiawi.

Selain dua isu tersebut, forum juga membahas tema-tema krusial lainnya seperti, penyalahgunaan teknologi AI untuk konten yang melanggar etika, wakaf saham dalam sistem keuangan syariah, kebiasaan memberi rating asal-asalan di marketplace, dan kontroversi vasektomi sebagai syarat bansos.

Baca Juga : Ma’had Aly Andalusia Banyumas, Tuan Rumah Bahtsul Masail Nasional 4

Forum ini memperlihatkan bagaimana pesantren, lewat para santri, asatidz, dan pengasuhnya, terus menjadi penjaga nalar sehat bangsa. Di tengah derasnya informasi dan kompleksitas sosial hari ini, FMPP tampil sebagai ruang penting untuk menjaga agar suara keumatan tetap berdiri di atas hikmah, ilmu, dan adab.(*)

Tulisan sebelumnyaUGM Yogyakarta Pengabdian Masyarakat di MI Ma’arif NU Pesawahan Rawalo
Tulisan berikutnyaPondok Pesantren At Taujieh Al Islamy 2 Andalusia Gelar Harlah ke-12 dan Haflah Akhirussanah

TULIS KOMENTAR

Tuliskan komentar anda disini
Tuliskan nama anda disini