PURWOKERTO, nubanyumas.com – Iman itu, sebagaimana sudah digariskan kadang naik kadang turun. Yazid wa yankus. Iman dengan kadar tinggi ibaratnya 24 karat. Sedangkan sebaliknya iman yang rendah itu ibarat iman yang sekarat.
Demikian disampaikan Ustadzah Mamluaturro’fah, Bidang Dakwah PC Fatayat Banyumas saat Peringatan Isro’ Mi’roj. “Apalagi saat pandemi begini, jangan sampai iman kita sekarat,” katanya mengingatkan.
Dia kemudian menyampaikan empat cara meneguhkan keimanan. Pertama, jika melakukan maksiat segera bertaubat dan teruslah berusaha menghindari maksiat. Kedua, menjaga lisan. Ketiga, bersyukur ketika mendapat nikmat. Keempat, bersabar terhadap aneka cobaan.
“Dan memperingati Isra’ Mi’raj itu bisa meningkatkan keimanan kita. Terutama jika ini menjadi momentum kita memperbaiki sholat 5 waktu kita. Tidak hanya pada dimensi spiritual tapi juga sosial (hablum minannas),” katanya lagi.
Hj Durotun Nafisah, Pengasuh Pondok Pesantren Fatkhul Mu’in dalam uraiannya menyampaikan peristiwa Isra Mi’raj sebagai ranah Mu’jizat. Artinya, Mu’jizat itu selalu tidak rasional akan tetapi sangat relevan.
“Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa sekitar 1230 kilometer butuh 15 hari perjalanan. Sementara Rosululloh menggunakan Buroq. Albarqu yang artinya kilat, ditempuh satu hari satu malam. Hanya pendekatan imanlah yang harus kita tingkatkan,” katanya.
Ketua PC Fatayat NU Banyumas, Eva Luthfiati Khasanah berterimakasih kepada bidang dakwah dan tuan rumah. Menurutnya, Rajaban ini penting untuk pengingat bagaimana peran sholat dalam kehidupan manusia. Dia juga menyitir hadits yang menyebutkan orang kalau sholatnya baik maka baiklah semuanya. Begitu sebaliknya.
Kontributor : Nur Atiqoh
Editor; Djito El Fateh