Orang Madura itu jika memanggil seorang kiai maka harus dengan sebutan kiai, karena jika tidak memanggilnya dengan sebutan kiai, bisa kualat. Kecuali saat Gus Dur menjadi Presiden, orang Madura tidak memanggilnya dengan Kiai Abdurrahman Wahid, tapi dengan sebutan Pak Gus Dur.
Jelas penyair asal Madura Raedu Basha, dalam acara Bedah Buku ‘Kisah-Kisah Banser yang Mendebarkan’ karya Ketua PC Ansor Rembang Nadhief Sidqi Selasa,(4/1/2022) sore di rumah budayawan Ahmad Tohari Jatilawang Banyumas Jawa Tengah.
Hingga kemudian ada sebuah anekdot tentang kiai Amin yang sangat masyhur di seantero Madura. Begini kisahnya…
“Suatu ketika di Desa tetangga saya, ada anak kecil yang belajar ngaji kepada seorang kiai, kiainya ini sangat terkenal alim dalam mengajari anak kecil membaca Al Quran hingga lancar, kebetulan nama kiainya adalah Kiai Amin.” kata Raedu.
Baca Juga : Ahmad Tohari Tantang Banser Banyumas Menulis Puisi
Karena tahu, kalau anak yang sedang ngaji itu sudah mulai lancar membaca Al Qurannya, maka Kiai Amin langung memerintahkan untuk langsung membacanya.
“Kamu kan sudah lancar bacanya, ayo sekarang coba baca surat Al Fatihah,” lanjut Raedu.
Sesuai dengan permintaan kiainya, Si anak pun langsung membaca surat Al Fatihah dengan suara jelas dan lancar. Dari bismillah hingga hingga ayat terahir, semua dibacanya dengan lancar. Namun tiba-tiba si anak menghentikan bacaannya.
“Loh kok berhenti, ayo lanjutkan, selesaikan,” sambung Raedu.
“Robbighfirli waliwalidayya……” lanjut si anak yang kemudian menghentikan bacaannya lagi.
“Ayo cepat lanjutkan,” kata kiainya.
Sambil memandang kiainya si anak melanjutkan bacaannya.
“Kiai Aminnnn,” kata si anak.
Kiai Amin pun hanya terbelalak mendengarnya.(*)