Oleh : Maulana Khusen, S.Pd.I., M.Pd.*
Menyoroti isu nasional yang akhir-akhir ini berkembang, mengenai program barak militer untuk mengatasi kenakalan anak sekolah dari Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi menuai pro dan kontra.
Memang bikin panas telinga dan geram rasanya kalau kita membaca berita tentang kenakalan anak sekolah mulai dari bulying, tawuran, pergaulan bebas hingga aksi kriminal seperti pencurian dan penganiayaan yang dilakukan anak dibawah umur.
Dari data EMP Pusiknas Bareskrim Polri pada bulan Februari 2025 tercatat ada 460 anak terlibat sebagai terlapor atas kasus penganiayaan dan pengeroyokan. Ada pula 349 anak yang ditindak sebagai terlapor kasus narkoba. Dan, tujuh anak menjadi terlapor terkait kasus perkelahian pelajar dan mahasiswa.
Anak nakal salah siapa sebenarnya?
Mengurai benang kusut masalah kenakalan anak sekolah, ada kisah menohok tentang orang tua durhaka pada masa halifah Umar bin khotob.
Pada suatu hari datang seorang bapak mengadu kepada khalifah tentang anknya yang nakal ” durhaka”. Mendengar hal tersebut, khalifah umar tidak serta merta menjatuhkan hukuman terhadap anak tersebut. Ia meminta agar sang anak dihadapkan kepdanya untuk bertabayun.
Ketika dicrosschek ternyata sang anak membatah dan balik bertanya kepada khalifah apa ada tanggung jawab orang tua terhadap anak? Khalifah menjawab tentu saja ada. Apa saja wahai khalifah, tanya sang anak?
Yang pertama memilihkannya ibu yang baik agamanya. Sungguh ibuku tidak lain hanyalah seorang budak berkulit hitam yang beragama majusi, tegas sang anak.
Yang kedua apa wahai khalifah? Tanya sang anak. Memberinya nama yang baik. Ia menjawab namaku adalah ju’la yang artinya kumbang. Tidaklah aku diberikan oleh orang tuaku nama yang pantas.
Selanjutnya apa lagi wahai khalifah? Mengajarkanya Al Quran. Sungguh orang tuaku tidak pernah mengajariku satu hurufpun dari al Qur’an, jawabnya.
Sang khalifah pun berkata “Laqod ‘aqoqtahu qobla an ya’uqok” artinya sungguh kau telah berlaku durhaka kepada anakmu sebelum ia durhaka kepadamu.
Lebih lanjut, Ibnul Qoyum pernah ditaya tentang tanggung jawab orang tua terhadap anak, ia berkomentar para ahli ilmu berkata “Inna Allaha Subhanahu wata’ala yasalu waalida ‘an waladihi yaumah qiyamah qobla an yasala walada ‘an waalidihi” artinya sesungguhnya Allah swt. Akan bertanya kepada orang tua terlebih dahulu tentang bagaimana tanggungjawabnya terhadap anak sebelum seorang anak ditanya bagaimana baktinya kepada orang tua pada hari kiamat.
Sungguh berat hisab orang tua dihadapan Allah tentang tanggung jawabnya terhadap seorang anak. Ia adalah amanah yang akan menariknya dari garis tengah menuju neraka atau ke dalam surga.
Anak-anak yang masih nakal hari ini, bisa jadi karena salah asuh orang tua yang terlalu sibuk bekerja, jarang berkomunikasi dan kurang sentuhan sehingga tidak ada kehangatan dalam keluarga.
Bekali anak-anak dengan pendidikan agama yang baik agar ia paham mengenai hak-hak Allah dan hak-hak mahluk. Ibarat sebuah gelas kosong maka orang tuanyalah yang berkewajiban mengisinya. Apakah ia akan diisi dengan air putih yang jernih atau air kopi yang hitam. Sungguh tergantung orangtuanya.
Maka dari itu pendidikan orang tua terhadap anak ibarat investasi emas dari para orang tua cerdas. Segala pengorbanan orang tua, baik itu tenaga, fikiran maupun biaya yang dikeluarkan untuk pendidikan merupakan tabungan yang akan dipetik besok di masa tua bahkan di akhirat kelak.
*) Penulis merupakan Pengajar di MI Istiqomah Sambas, Purbalingga, Jawa Tengah
Referensi.
1. Kisah di atas diambil dari Kitab Fawaid Al Mukhtaroh: Habib Ali Bin Hasan Baharun.
2. Fatwa Ibnul Qoyum : Tarbiyatul Aulad Masuliaytul Walidain, islamweb.net.