Inilah 3 Kemiripan Bulan Ramadhan dan Kisah Nabi Yusuf

Inilah 3 Kemiripan Bulan Ramadhan dan Kisah Nabi Yusuf

Nabi Yusuf AS dan bulan Ramadhan memiliki beberapa kemiripan yang menarik untuk direnungkan. Hal ini sebagaimana didawuhkan oleh Ibn al-Jawzi dalam kitabnya, yang dapat dipahami melalui kisah hidup Nabi Yusuf AS dan keistimewaan bulan Ramadhan.

Ibn al-Jawzi berkata:

“Bulan-bulan yang dua belas itu bagaikan anak-anak Ya‘qub AS, dan bulan Ramadhan di antara bulan-bulan itu seperti Yusuf di antara saudara-saudaranya. Sebagaimana Yusuf adalah anak yang paling dicintai oleh Ya‘qub, demikian pula Ramadhan adalah bulan yang paling dicintai oleh Allah Yang Maha Mengetahui.”

Saudara-saudara Yusuf datang bergantung kepadanya untuk menutupi kekurangan dan mengatasi kesulitan, setelah mereka melakukan kesalahan dan dosa. Ia menyambut mereka dengan penuh kebaikan, memperbaiki keadaan mereka, memberi makan saat mereka kelaparan, dan mengizinkan mereka kembali dengan damai. Dengan kata lain, satu orang menutupi kekurangan sebelas orang lainnya.

Baca Juga : Pengertian Fidyah: Waktu, Cara dan Mereka yang Wajib Membayar Fidyah

Begitu pula dengan bulan Ramadhan. Kita berharap dapat memperbaiki segala kekurangan yang terjadi di bulan-bulan sebelumnya, memperbaiki kerusakan yang telah terjadi, dan menutup perjalanan hidup kita dengan kebahagiaan dan keberkahan.

Ada satu pelajaran menarik lainnya: Ya‘qub AS kembali dapat melihat setelah mencium aroma Yusuf; penglihatannya yang sempat hilang, kembali pulih. Demikian juga orang yang penuh dosa, ketika mencium “aroma” Ramadhan, ia mendapatkan kembali harapan dan kekuatan.

3 Kesamaan Bulan Ramadhan dan Nabi Yusuf AS

Berikut tiga kemiripan antara Nabi Yusuf AS dan bulan Ramadhan yang patut kita renungkan:

1. Kecintaan yang Istimewa

Nabi Yusuf AS adalah anak yang paling dicintai oleh ayahnya, Nabi Ya‘qub AS, di antara dua belas anaknya. Kecintaan ini bahkan menimbulkan kecemburuan di kalangan saudara-saudaranya, yang berujung pada upaya mereka untuk mencelakakan Yusuf.

Demikian pula, bulan Ramadhan adalah bulan yang paling dicintai oleh Allah SWT. Dalam kalender Hijriah, Ramadhan memiliki keistimewaan yang luar biasa, seperti turunnya Al-Qur’an dan kehadiran Lailatul Qadar, malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Ramadhan pun dijuluki Sayyidus Syuhur, pemimpin seluruh bulan.

Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: سَيِّدُ الشُّهُورِ شَهْرُ رَمَضَانَ وَأَعْظَمُهَا حُرْمَةً ذُو الْحِجَّةِ

“Dari Abu Sa’id al-Khudri, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: ‘Pemimpin segala bulan adalah bulan Ramadhan, dan yang paling agung kehormatannya adalah Dzulhijjah’.” (HR. al-Baihaqi)

Nabi Yusuf juga dikenal sebagai yang paling tampan di antara saudara-saudaranya, sebagaimana Ramadhan dikenal sebagai bulan paling bercahaya. Bahkan, cahaya Ramadhan disebut dapat menerangi kegelapan alam kubur.

Dalam sebuah hadis qudsi, disebutkan:

قَالَ اللّهُ تَعَالَى لِمُوسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ: “إِنِّي أَعْطَيْتُ أُمَّةَ مُحَمَّدٍ نُورَيْنِ كَيْ لَا يَضُرَّهُمْ ظُلْمَتَانِ”. فَقَالَ مُوسَى: “مَا النُّورَانِ يَا رَبِّ؟” فَقَالَ اللّهُ تَعَالَى: “نُورُ رَمَضَانَ وَنُورُ الْقُرْآنِ”. فَقَالَ مُوسَى: “وَمَا الظُّلْمَتَانِ يَا رَبِّ؟” قَالَ اللّهُ تَعَالَى: “ظُلْمَةُ الْقَبْرِ وَظُلْمَةُ يَوْمِ الْقِيَامَةِ”.

“Allah Ta‘ala berfirman kepada Musa AS: ‘Sesungguhnya Aku telah memberikan dua cahaya kepada umat Nabi Muhammad agar mereka tidak celaka dalam dua kegelapan.’ Musa bertanya: ‘Apakah dua cahaya itu, ya Allah?’ Allah menjawab: ‘Cahaya Ramadhan dan cahaya Al-Qur’an.’ Musa kembali bertanya: ‘Lalu, apa dua kegelapan itu, ya Allah?’ Allah menjawab: ‘Kegelapan di alam kubur dan kegelapan pada hari kiamat.’” (Durrotul Wa’idhin)

Baca Juga : Nuzulul Quran: 3 Pelajaran Penting dari Ayat Pertama di Surat Pertama

2. Pengampunan dan Penerimaan

Dalam perjalanan hidupnya, setelah melalui berbagai ujian dan pengkhianatan dari saudara-saudaranya, Nabi Yusuf AS tetap memilih untuk memaafkan mereka. Saat mereka datang meminta bantuan di Mesir pada masa kelaparan, ia tidak membalas dendam, melainkan membantu dan memberi mereka makanan.

Demikian pula, Ramadhan dikenal sebagai bulan pengampunan — Syahrul Maghfirah. Dalam bulan ini, umat Islam berlomba-lomba memperbaiki diri, menutup kekurangan dari sebelas bulan sebelumnya, dan berharap Allah mengampuni segala dosa.

Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barang siapa berpuasa Ramadhan dengan iman dan penuh harap akan pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari)

Baca Juga : Ramadhan, Cermin yang Menunjukkan Wajah Asli Manusia

3. Pencerahan dan Harapan Baru

Kisah Nabi Yusuf AS menunjukkan bahwa kesabaran dan keteguhan akan berakhir dengan keindahan. Setelah melalui berbagai ujian, ia diangkat menjadi menteri di Mesir. Ketika Nabi Ya‘qub AS mencium gamis Yusuf yang dibawa oleh saudara-saudaranya, penglihatannya yang hilang kembali pulih.

Sebagaimana firman Allah dalam QS. Yusuf ayat 96:

فَلَمَّآ اَنْ جَاۤءَ الْبَشِيْرُ اَلْقٰىهُ عَلٰى وَجْهِهٖ فَارْتَدَّ بَصِيْرًاۗ قَالَ اَلَمْ اَقُلْ لَّكُمْۙ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مِنَ اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

“Ketika pembawa kabar gembira itu tiba, diusapkannya baju itu ke wajahnya (Nabi Ya‘qub), lalu beliau dapat melihat kembali. Ia berkata, ‘Bukankah telah aku katakan kepadamu bahwa aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui?’”

Demikian juga, Ramadhan membawa pencerahan bagi umat Islam. Bulan suci ini adalah momen untuk memperbarui iman, mendapatkan rahmat Allah, dan kembali kepada fitrah. Melalui ibadah puasa, shalat malam, dan amal kebaikan, kita berharap keluar dari Ramadhan dengan hati yang bersih dan jiwa yang tenang.

Melalui kisah Nabi Yusuf AS, kita belajar tentang kasih sayang, pengampunan, dan harapan baru — nilai-nilai yang begitu selaras dengan pesan bulan Ramadhan. Semoga Ramadhan ini menjadi waktu terbaik bagi kita untuk memperbaiki diri, memperbanyak amal, dan menguatkan iman.

Penulis: M. Shodiq Ma’mun, S.Sos
Penyuluh Agama Islam Kecamatan Ajibarang

Tulisan sebelumnyaKhutbah Jum’at: Keistimewaan, Keutamaan dan Amaliyah Menjemput Lailatul Qadar
Tulisan berikutnyaIni Cara Menggapai Lailatul Qadar Menurut Imam Al Ghozali

TULIS KOMENTAR

Tuliskan komentar anda disini
Tuliskan nama anda disini