Purwokerto, nubanyumas.com-Al alimu yakfi bil isyarah wal laim la yakfi walau bilhijarah atau orang alim faham dengan bahasa isyarat (tanda-tanda zaman), orang laim (lawan dari alim) dilempar batupun tidak faham.
Kutipan kata bijak tersebut disampaikan Prof. Dr. Fauzi, M.Ag dalam workshop ke-NU-an bagi peningkatan kompetensi guru mata pelajaran ke-NU-an menyongsong era society 5.0 yang digelar oleh Lembaga Pendidikan Ma’arif NU Kabupaten Banyumas di Purwokerto, Rabu (24/4/2024).
Prof Fauzi menjelaskan meluasnya media sosial berdampak pada kian derasnya lalu-lalang informasi, termasuk perihal keagamaan. Konten media masih didominasi oleh kapitalisme, hedonisme, sekularisme disatu sisi dan pemahaman agama yang cenderung dangkal dan sempit disisi lainnya.
“Kita cenderung masih menjadi pemirsa, pembaca, audiens, belum banyak yang menjadi penyedia konten, masih cenderung merespon dari pada pemberi umpan. Guru Ke-NU-an di era teknologi dan digitalisasi saat ini harus menyesuaikan diri menghadapi tantangan zaman,” paparnya.
Menurutnya, guru ke-NU-an harus memanfaatkan kemajuan teknologi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Pendidikan Ma’arif NU dituntut untuk adaptif menghadapi segala bentuk perubahan teknologi informasi saat ini.
“Menyongsong era society 5.0, Guru Ke-NU-an perlu mengembangkan kompetensi melalui pemahaman konten dan teknologi, metode pengajaran kreatif, dan kemampuan berkolaborasi. Melalui kompetensi ini guru harus merubah performa diri dalam pengembangan pembelajaran di kelas,” jelasnya.