Dalam konteks pemikiran Islam global yang sering terbelah dan penuh ketegangan, di mana ekstremisme sering dianggap sebagai penggambaran dari ajaran Islam, Nahdlatul Ulama (NU) muncul sebagai simbol moderasi Islam yang memberikan pandangan yang berbeda.
Sebagai organisasi Islam terbesar, NU memiliki dasar pemikiran moderat yang kuat yang berasal dari tradisi pesantren dan kebijaksanaan lokal, sambil tetap bisa beradaptasi dengan zaman modern. Dengan pengalaman lebih dari 90 tahun, NU aktif membina kerukunan antar-umat beragama dan membela prinsip wasathiyyah, yang berarti jalan tengah.
Kekuatan NU dalam menyelaraskan nilai-nilai Islam dengan budaya lokal dan kebutuhan zaman telah menciptakan model Islam yang unik, inklusif dan terbuka. Dengan meningkatnya tantangan ekstremisme, pengalaman NU dalam mengelola keragaman dan mempromosikan Islam rahmatan lil ‘alamin menjadi relevan sebagai acuan bagi komunitas Muslim internasional.
Dalam situasi geopolitik saat ini, Nahdlatul Ulama (NU) menjadi entitas yang semakin diperhatikan dalam diskusi mengenai Islam moderat global. Dengan pengalamannya dalam mengelola berbagai pandangan dan mengutamakan Islam yang damai di Indonesia, NU memiliki sumber daya sosial dan intelektual yang kuat untuk menjadi mitra bagi negara-negara yang mencari model Islam moderat yang bisa diterapkan.
Di negara Barat seperti Amerika Serikat dan Eropa, masalah serius tentang islamofobia dan radikalisasi di antara komunitas Muslim mereka menjadi perhatian. Mereka melihat model Islam NU yang mampu menggabungkan nilai-nilai Islam dengan demokrasi dan modernitas sebagai contoh yang menarik.
Pengalaman NU dalam membangun dialog antaragama dan menyebarkan narasi Islam yang inklusif dapat menjadi referensi yang bermanfaat untuk meningkatkan persatuan sosial dan melawan ekstremisme.
Sementara itu, di Timur Tengah, beberapa negara berusaha menjalankan reformasi internal dan moderasi keagamaan di tengah kompleksitas yang ada. Mereka tertarik dengan kesuksesan NU dalam menggabungkan tradisi pesantren dengan pemikiran Islam yang terbuka. Model pendidikan Islam moderat yang diterapkan NU, yang menekankan toleransi dan perdamaian sambil menjaga keaslian ajaran Islam, dianggap sebagai alternatif yang baik.
Di Asia Tenggara, NU memiliki posisi istimewa sebagai organisasi Islam terbesar yang menunjukkan kemampuannya dalam mengelola keragaman. Negara-negara di sekitarnya seperti Malaysia, Thailand, dan Filipina dengan populasi Muslim yang besar, menganggap pendekatan NU dalam mengembangkan Islam moderat sebagai model yang dapat diterapkan dengan konteks lokal mereka.
Potensi NU sebagai mitra penting dalam pengembangan narasi Islam moderat global semakin diperkuat oleh jaringan internasional yang telah dibangun melalui forum dan kerjasama. Melalui dialog dan pertukaran pengetahuan, NU dapat mendukung negara mitra dalam merancang strategi untuk mempromosikan Islam moderat sesuai dengan konteks dan tantangan yang mereka hadapi.
Selain itu, posisi NU sebagai mitra strategis untuk pengembangan Islam moderat global memberikan peluang bagi Indonesia untuk memperkuat perannya sebagai penghubung antara dunia Islam dan Barat. Melalui diplomasi keagamaan yang dilakukan NU, Indonesia dapat berkontribusi dalam membangun pemahaman yang lebih baik antara berbagai peradaban dan menyediakan dasar untuk perdamaian global.
Menghadapi tantangan yang ada, Nahdlatul Ulama (NU) berada dalam posisi penting untuk memainkan peran yang lebih besar di level global sebagai rujukan untuk pemikiran Islam moderat. Tantangan yang dihadapi NU cukup kompleks.
Salah satunya adalah kurangnya infrastruktur riset yang baik; lembaga penelitian NU tidak terorganisasi dengan baik dan tidak memiliki standar internasional, serta adanya kekurangan dana dan dukungan untuk penelitian menjadi hambatan besar.
Selain itu, sedikitnya publikasi internasional juga menjadi masalah, karena banyak karya intelektual NU yang tidak diterjemahkan ke bahasa asing, dan belum banyak peneliti NU yang mempublikasikan penelitian mereka di jurnal internasional yang terkemuka.
Persaingan global juga menjadi tantangan, terutama dari lembaga-lembaga Islam lain seperti Al-Azhar di Mesir yang lebih terkenal di dunia internasional. Selain itu, kurangnya penggunaan teknologi dan media digital membuat NU belum bisa menyebarkan pemikiran moderatnya secara optimal.
Namun, di balik tantangan ini, ada peluang besar yang menjanjikan. NU sebagai organisasi Islam terbesar dengan banyak anggota adalah modal sosial yang sangat berharga. Momentum global yang menunjukkan kebutuhan akan narasi Islam moderat, khususnya di Barat, Timur Tengah, dan Asia Tenggara, memberi kesempatan bagi NU untuk mengambil peran penting. Era digital dengan berbagai platform teknologi menyediakan cara yang efektif untuk menyebarkan pemikiran moderat NU ke seluruh dunia dengan biaya lebih rendah.
Dalam pandangan pengembangan jangka pendek dan panjang, NU memiliki rencana yang jelas. Dalam tiga tahun pertama, fokus akan berada pada peningkatan infrastruktur kelembagaan dan pengembangan sumber daya manusia.
Dalam lima tahun ke depan, NU diperkirakan bisa menjadi pusat rujukan moderasi Islam di level global dengan produk intelektual yang menjadi acuan utama. Dalam sepuluh tahun ke depan, NU diharapkan dapat berperan penting dalam membentuk narasi global Islam yang moderat, damai, dan inklusif.
Jaringan diaspora NU yang ada di berbagai negara menjadi aset strategis yang dapat digunakan sebagai duta untuk pemikiran Islam moderat. Melalui kerjasama dengan lembaga-lembaga Islam internasional terkemuka, NU dapat memperkuat posisinya sebagai mediator dalam penyelesaian konflik berbasis agama di skala global. Proses transformasi digital yang sedang berlangsung juga membuka kemungkinan bagi NU untuk memperluas pengaruhnya melalui platform modern.
Meskipun tantangannya tidak kecil, dengan strategi yang terencana dan pelaksanaan yang konsisten, visi untuk menjadikan NU sebagai rujukan utama Islam moderat dunia bukan hal yang mustahil. Modal sosial yang kuat, dukungan global yang ada, serta teknologi yang tepat dapat menjadi pendorong dalam mencapai aspirasi ini. Melalui langkah-langkah strategis tersebut, NU dapat memberikan kontribusi nyata bagi peradaban dunia yang lebih damai, inklusif, dan adil.
Untuk memaksimalkan peran sebagai mitra strategis global, NU perlu terus memperkuat kapasitas organisasi dan jaringan internasionalnya. Ini termasuk mengembangkan program pertukaran pengetahuan, memperkuat pusat studi Islam moderat, dan meningkatkan kolaborasi dengan lembaga pendidikan dan penelitian di berbagai negara.
Dengan pendekatan yang terencana, NU dapat memainkan peran yang lebih besar dalam mempengaruhi diskusi Islam moderat di tingkat global. Oleh karena itu, menjadikan NU sebagai mitra strategis dalam pengembangan narasi Islam moderat adalah langkah yang penting menuju masa depan yang lebih harmonis dan saling memahami. Menghormati antar-umat beragama di seluruh dunia adalah penting. Kerja sama antara NU dan berbagai negara akan membentuk jaringan global untuk menyebarkan Islam yang moderat dan damai.
Dengan pengetahuan dan pengalaman sosial yang dimiliki, NU bisa menciptakan narasi yang kuat dan memberikan solusi nyata untuk masalah global seperti radikalisasi dan ketidakadilan. Jika kesempatan ini diambil, NU kemungkinan besar dapat memainkan peran penting di tataran internasional, membuktikan bahwa Islam memiliki kontribusi positif bagi peradaban dunia.
Melalui kerja sama dengan negara-negara tersebut, NU dapat memperluas pengaruhnya dalam membentuk narasi Islam yang menekankan perdamaian, keadilan sosial, dan kemanusiaan. Dengan jaringan internasional, NU bisa menjadi aktor kunci dalam menangani berbagai tantangan global, termasuk radikalisasi dan konflik antaragama, serta menunjukkan bahwa Islam dapat menjadi kekuatan untuk perbaikan. Peran ini juga bisa memperkuat posisi Indonesia sebagai penghubung antara dunia Islam dan Barat, berkontribusi pada terciptanya harmoni global yang berkelanjutan.
Prof. Dr. Nurul Anwar (Ketua PC ISNU Banyumas)