AJIBARANG, nubanyumas.com – Buku puisi ‘Wisata Desa Billapora dalam Sajak’ itu hadir karena kegelisahan saat pandemi. Walaupun ada himbauan stay at home, ternyata anak muda di desa tetap keluar, merantau. Yang tertinggal hanya orang tua, yang tidak produktif.
Raedu Basha, sastrawan Madura itu mengawali tuturannya dengan curhat seputar desanya yang hanya menyisakan orang tua, sementara anak mudanya pergi merantau. “Apa yang bisa diharapkan dari desa yang isinya orang tua?” tanyanya secara retoris di acara Bedah Buku Puisinya yang diadakan komunitas luar kotak, Jumat(31/12) siang di Ajibarang.
Raedu melihat banyak sekali catatan sastra yang kurang menyentuh pedesaan. apalagi puisi, maka bukan kebetulan jika buku puisinya diberi judul Wisata Desa Billapora, sesuai dengan nama desa dimana dia tinggal, yang masuk kecamatan Ganding Madura.
Raedu mengharap, dengan buku puisi ini dia ingin menghidupkan kembali cerita cerita lisan di desanya, supaya anak muda banyak yang mengetahui kekayaan desanya, kemudian cinta. Karena menurutnya, bentuk cinta tanah air itu dengan mencintai desanya.
“Buku itu ditulis dengan menggali cerita cerita lisan dari para sesepuh desa. Jangan heran jika ada puisi tentang penyantet di dalamnya, selain puisi puisi tentang pendiri desa,” ujarnya.
Baca Juga : Lomba Paduan Suara dan Baca Puisi, Bangkitkan Kembali Semangat Organisasi
Raedu juga menjelaskan makna Billapora, yaitu buah Billa dibelah jadi dua, atau diporak dalam bahasa Madura. Kemudian potongan itu diserahkan kepada pasangan pendiri desa, yang membuka hutan di Madura setelah runtuhnya Giri Kedaton.
Buku puisi ini sendiri terdiri dari tiga bagian, sejarah desa, kerajinan, dan tradisi.
Hadir dalam acara tersebut, presiden guritan Banyumas, Wanto Tirta, penyair Imam Burhanudin, kepala SMP N 1 Wangon, Trisnatun, dan sejumlah penggemar sastra di wilayah Banyumas. (*)