Momentum Mudik Lebaran Tahun 2022 terasa berbeda karena hampir 2 tahun lamanya masyarakat dilarang melakukan mudik akibat Pandemi. Namun, harapannya Covid-19 bukan saja akan dikenal sebagai penyakit tetapi juga menjadi momentum evaluasi dan muhasabbah bagi masyarakat Untuk mampu menjadi penggerak perubahan sosial, ekonomi dan budaya ke kondisi yang lebih baik.
Bagi masyarakat Indonesia, mudik telah menjadi ritual sosial yang rutin dilakukan oleh para perantau untuk kembali ke kampung halamannya di desa. Kegiatan mudik biasanya dilakukan menjelang hari raya Idul Fitri. Mudik bisa dianggap sangat fenomenal, karena terjadi secara serentak dan searah, yaitu terjadi mobilitas jutaan manusia dari pusat-pusat kota menuju daerah-daerah perdesaan dan kota-kota kecil.
Meski istilah mudik mulai populer sejak 1970-an, tetapi akar sejarahnya sudah ada sejak zaman kerajaan Majapahit. Konon, kegiatan mudik dilakukan oleh para Petani Jawa, untuk kembali ke kampung halamannya atau daerah asalnya untuk membersihkan makam leluhurnya.
Mudik dalam Bahasa Ngoko Jawa berarti “Mulih Sedilik” atau Pulang Sebentar. Silaturahim yang sempat terputus karena rutinitas kerja di rantau dapat terjalin kembali. Ritual sosial ini ditandai dengan pergerakan jutaan manusia dari pusat-pusat ekonomi di mana menjadi tempat mengais rezeki menuju tanah kelahiran untuk sementara waktu.
Menurut Kementerian Perhubungan memperkirakan jumlah pemudik tahun, Idul Fitri Tahun 2022, diperkirakan mencapai 85.5 juta orang. Jumlah tersebut didominasi oleh para pemudik dengan menggunakan kendaraan roda empat sebanyak 23 juta orang, sedangkan lainnya menggunakan moda transportasi umum seperti bus, kereta api, pesawat dan kapal laut.
Ada sekitar 14.3 juta di antara pemudik 2022 berasal dari Jabodetabek dan sebagian besar juga dilakukan oleh masyarakat di seluruh Indonesia. Momentum ini disambut dengan kelegaan semua pihak yang sudah merindukan untuk mudik dan silahturahmi dengan keluarga dan kerabat.
Secara sosial, budaya mudik ini merupakan sendi utama penopang ikatan sosial-primordial di kalangan masyarakat Indonesia dan juga sekaligus menjadi momen indah untuk saling berbagi rezeki, cerita sukses bahkan romantisme masa-masa kecil dengan keluarga dan kerabat.
Mudik juga bisa merupakan peristiwa ekonomi penting dalam siklus ekonomi Indonesia. Bahkan ada prediksi bahwa mudik tahun ini menyumbang kenaikan sebesar 0,2-0,3% terhadap pertumbuhan ekonomi. Baik di kuartal II tahun 2022 maupun tahun 2022 secara keseluruhan.
Kenaikan hilir mudik mobilisasi masyarakat dari satu daerah ke daerah lain akan memberi dampak terhadap perekonomian daerah. Terutama dari sisi konsumsi karena pemudik akan memborong berbagai barang, baik dalam perjalanan maupun saat berada di kampung halaman.
Regenerasi Petani
Namun, fenomena mudik yang sangat bersentuhan dengan sektor pertanian belum memberi dampak pada upaya regenerasi petani. Tantangan dalam mengelola potensi generasi milenial sebenarnya sangatlah menarik untuk dipersiapkan. Terlebih generasi ini dianggap senang belajar dan suka sekali dengan tantangan. Fakta dan logika yang tepat merupakan respon dalam menghadapi isu-isu yang berseliweran, serta permasalahan yang tak kunjung terpecahkan seperti benang kusut dalam dunia pertanian.
Berdasarkan Data BPS (2013), jumlah petani muda di kelompok (25-35 tahun) sebanyak 3.129.644 orang sedangkan pada kelompok usia (15-24 tahun) jumlah petani hanya 229.943 orang. Jika diringkas, 60,8 % petani di Indonesia berada dalam usia di atas 45 tahun atau dalam usia yang produktivitasnya sudah menurun cukup drastis. Sayangnya, kondisi ini dalam konteks pembangunan sering dilihat dari perspektif bahwa penurunan jumlah petani merupakan sebuah kemajuan karena semakin sedikit jumlah petani, semakin efisien proses budidayanya.
Namun, imbas dari pandemi covid-19, Kementerian Tenaga Kerja mencatat, jumlah pekerja secara total baik pekerja formal maupun informal yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) maupun dirumahkan mencapai 3,5 juta lebih pekerja.
Data Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) memperlihatkan ketenagakerjaan di bidang pertanian mengalami kontraksi mencapai 4,87%, sementara produksi pertanian domestik menyusut sebesar 6,2% saat pandemi.
Meski terganggu, sektor pertanian masih potensial menjadi tumpuan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertanian menjadi satu-satunya sektor yang mengalami pertumbuhan positif. Pertanian bahkan mampu tumbuh dari 5 sektor penyumbang ekonomi nasional yang sedang mengalami kontraksi.
Untuk peningkatan produktifitas dan kualitas produk hasil pertanian diperlukan dukungan berbagai teknologi di bidang pertanian salah satunya teknologi informasi. Dalam penerapannya, teknologi informasi dapat berwujud sebuah sistem informasi yang mendukung bisnis di bidang pertanian.
Kalau sistem informasi pertanian bisa diterapkan, para petani dapat menghitung jumlah komoditas dan keuntungan yang akan diperolehnya. Dengan sistem ini, kita bisa tahu siapa menanam apa, kapan, dan dengan informasi tersebut pemerintah dapat berperan sebagai perantara antara petani dengan konsumen yakni dengan mendata siapa dan berapa konsumen potensialnya. Informasi tersebut bahkan dapat mendorong perdagangan antar kabupaten, antar provinsi juga antar pulau yang selama ini seakan tidak terhubung informasi.
Menurut Prof. Sunarru Samsi Hariadi (2021), Guru Besar Fakultas Pertanian UGM, dalam setiap tahapan pembangunan pertanian, kehadiran petani senantiasa memainkan peran yang beragam, baik sebagai pembudidaya, baik manager usaha taninya maupun sebagai manusia yang merupakan anggota dari keluarga dan sistem sosial masyarakatnya. Cara beradaptasinya adalah menyesuaikan gaya pertanian dengan perkembangan teknologi serta tren terkini.
Pendekatan yang berbeda harus mulai dilakukan, melihat zaman beserta pelakunya sudah banyak sekolah dan perguruan tinggi, terutama di bidang pertanian, diharapkan mampu menjadikan petani sebagai profesi modern. Hal itu akan menjadikan sektor pertanian semakin diminati anak-anak muda.
Keberdayaan petani melalui penyiapan informasi pertanian yang tepat waktu, dan relevan dalam mendukung proses pengambilan keputusan, guna penyampaian data dan informasi pertanian. Dalam sektor pertanian, informasi melalui media elektronik dan alur informasi melalui sistem jaringan dunia maya telah merambah sampai ke pelosok desa.
Momentum mudik lebaran juga dapat dijadikan peluang meregenerasi petani kita atau minimal menambah keberpihakan “orang-orang kota” untuk mendorong kemajuan pertanian di desanya dengan dukungan teknologi, wawasan serta jaringan yang dimiliki.
Penulis: Opik Mahendra