Kepemimpinan Kiai Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) sebagai ketua umum Tanfidziyah PBNU adalah pengejawentahan regenerasi di tubuh NU. Atmosfer yang terasa sangat kentara adalah terlihat akan ada ruang pandang obyektif menilai NU.
Alih-alih melakukan glorifikasi, Gus Yahya sering dan bahkan berani melakukan kritik internal untuk pelan-pelan melepas cara pandang lama di tubuh NU.
Pandangan-pandangan obyektif Gus Yahya ini berharap bisa diikuti oleh Pengurus Wilayah (PW), Pengurus Cabang (PC), bahkan sampai Pengurus Ranting (PR) beserta banom-banomnya. Ini penting. Supaya tidak ada lagi main klaim-klaiman paling NU karena ada di struktural dan yang tidak ada di struktural, terus dipertanyakan perannya.
Sayang sekali ketika potensi besar sumber daya melimpah hanya jadi bahan gontok-gontokan antara sesama hanya karena merasa paling NU dan atau karena adanya kepentingan “murahan” berupa ketenaran. Akhirnya, generasi muda menjadi korban keegoisan orang-orang tua yang miskin kearifan.
Muktamar NU ke-34 di Lampung adalah semacam penanda zaman baru bagi NU. Terpilihnya Gus Yahya jelas merupakan representasi dari keinginan besar regenerasi warga Nahdliyin.
Baca Juga :Â Gus Yahya : Kiai Said Guru Saya. Kiai Said : Gus Yahya Pilihan Tepat Ketum PBNU
Publik lalu kemudian mencatat Gus Yahya menggariskan visi konsolidasi organisasi. Kita tentu mengharapkan sekali gebrakan besar Gus Yahya terasa sampai ke ranting-ranting. Ini penting supaya arah gerak organisasi di tingkat bawah tidak seperti kehilangan arah dan tak tahu tujuan.
Semoga semangat regenerasi ini segera diikuti oleh seluruh warga Nahdliyin sampai di tingkatan akar rumput. Demi masa depan generasi penerus bangsa. Amin
Abdullah Mukti
Mahasiswa Prodi Hukum Syariah angkatan 2020 UNU Purwokerto