Oleh: Nura Khabita
Indonesia Emas 2045 adalah visi yang digagas oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada tahun 2019. Visi ini bertujuan menjadikan Indonesia sebagai negara yang berdaulat, maju, adil, dan makmur pada tahun 2045, di saat usia kemerdekaan Indonesia telah mencapai 100 tahun. Tentu saja, visi ini menjadi harapan besar yang pantas diperjuangkan bagi seluruh rakyat Indonesia, tak hanya bergantung pada program-program pemerintah namun juga dengan kesadaran seluruh lapisan masyarakat untuk mewujudkannya.
Ada pepatah Arab berbunyi, “Syubbanul Yaum Rijalul Ghad” artinya pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan. Kalimat tersebut menekankan pentingnya peran pemuda hari ini untuk membangun masa depan. Seorang filsuf bernama Socrates juga mengatakan “Jangan paksakan anak-anakmu mengikuti jejakmu, mereka diciptakan untuk kehidupan di zaman mereka, bukan zamanmu”. Berdasarkan dua ungkapan tersebut kurang lebihnya dapat disimpulkan bahwa gunakanlah cara mendidik, memimpin, mengasuh, anak-anak maupun pemuda hari ini sesuai kebutuhan mereka di masa depan. Singkatnya, jangan terpaku cara-cara lama dalam mendidik generasi masa depan.
Generasi muda saat ini, Gen Z dan Gen Alpha terlahir dan bertumbuh dengan lingkungan dan kondisi yang berbeda dengan generasi sebelumnya, mereka tumbuh di era digital dimana informasi jauh lebih mudah diakses, akses media social yang lebih luas, dan mereka memiliki pola pikir yang lebih terbuka. Maka dari itu perlu adanya pendekatan yang lebih menyesuaikan terhadap kebutuhan mereka dalam beberapa aspek.
- Kepemimpinan yang inklusif dan adaptif
Mereka membutuhkan pemimpin yang peduli terhadap kesehatan mental dan kesejahteraan psikologis agar tercipta lingkungan yang mendukung keseimbangan emosional. Selain itu, ruang untuk kreativitas harus diberikan agar individu dapat mengekspresikan ide-ide inovatif tanpa takut akan batasan yang membatasi.
- Pendidikan berbasis teknologi
Mereka membutuhkan pemimpin yang mendorong kemajuan dalam pemanfaatan teknologi, termasuk kecerdasan buatan (AI), untuk meningkatkan efisiensi dan aksesibilitas dalam berbagai sektor, seperti pendidikan, industri, dan pemerintahan.
- Mengutamakan nilai-nilai yang relevan
Mereka perlu pemimpin yang mampu menanamkan pola pikir kritis dan sikap moderat dalam setiap diskusi serta keputusan. Keterbukaan dalam komunikasi dan kolaborasi antar generasi akan memperkaya perspektif, sehingga keputusan yang diambil lebih bijak, inklusif, dan berdasarkan pemahaman yang mendalam.
Demi tercapainya kepemimpinan masa depan yang lebih baik dan sesuai dengan tantangan zaman yang dibutuhkan Indonesia emas 2045 , maka pola-pola lama dalam mendidik dan memimpin perlu diperiksa kembali. Seperti, gaya kepemimpinan otoriter, yang kurang fleksibel dan kurang terbuka dapat menghambat kamajuan. Generasi muda sekarang membutuhkan gaya kepemimpinan yang terbuka dengan diskusi, evaluasi dua arah, dan ruang yang sesuai untuk perkembangan potensi unik dalam setiap individu, dan apresiasi yang objektif untuk mendorong kemajuan mereka.
Kesimpulannya, mendidik dan memimpin Gen Z dan Gen Alpha bukan berarti meninggalkan nilai-nilai lama yang sudah baik dari generasi sebelumnya. Tetapi, menyesuaikan agar tetap relevan. Esensi dari dua ungkapan lama diatas, justru mendorong para pendidik dan pemimpin untuk lebih terbuka dengan dialog kritis, fleksibel, dan tetap memperhatikan kesehjahteraan psikologis agar generasi muda sekarang bisa menjadi pemimpin masa depan yang percaya diri, adaptif terhadap perubahan yang cepat dan siap menghadapi tantangan zaman – menuju Indonesia Emas 2045.
*NURA KHABITA, S.Si., Pendidik di SMP Maarif NU 1 Cilongok