‘Membedah’ Merdeka Belajar dalam Pandangan Islam

https://suyanto.id/

‘Merdeka Belajar’ menjadi kebijakan yang diprogramkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim. Kebijakannya ini diterapkan dari tingkatan pendidikan anak usia dini, dasar, menengah hingga perguruan tinggi. Dalam konteks pendidikan tinggi misalnya, mahasiswa diberi kesempatan satu semester untuk belajar di luar kampus.

Berbicara tentang pendidikan yang membebaskan, ‘Merdeka Belajar’ memiliki kesejalanan dengan pemikiran Faulo Freire. Ia merupakan salah satu tokoh pendidikan internasional dari Brazil yang mengguncangkan dunia pendidikan.

Karyanya yang terkenal Pedadogy of the Oppressed” (Pendidikan Kaum Tertindas), ia memberikan pesan terhadap para pendidik dan peserta didik untuk menjadi subjek dalam proses pendidikan. Tidak terkungkung dalam dilema perbudakan dalam berkehendak atau berpikir.

Pendidikan melalui pendekatan kemanusian identik dengan pendidikan pembebasan, yakni membebaskan hal hal yang tidak manusiawi. Karena tujuannya adalah memanusiakan manusia

Namun saat ini, pendidikan lebih mengedepankan pengetahuan dari pada nilai-nilai yang bersifat penghayatan dan pengalaman tanpa melibatkan seluruh komponen kecerdasan baik kecerdasan spritual, sosial, akhlak maupun lainya. Bagaimana Islam memandang hal tersebut, mengenai kebebasan dalam memilih, kemerdekaan dalam berpikir dan berkehendak?

Islam memandang manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yeng memiliki potensi dasar yang dinamakan istilah fitrah. Fitrah disini adalah kemampuan dasar dan kecendrungan murni bagi setiap manusia untuk memilih kebebasannya. Islam memberikan hak individu terkait pendidikan yaitu empat kebebasan sebagai mana dalam al-Quran yang menjadi sumber utama yaitu

Pertama, Kebebasan merdeka dari kebudakan dalam qs al- Imran ayat 79

مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُؤْتِيَهُ اللَّهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا عِبَادًا لِي مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَٰكِنْ كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُونَ ﴿ ٧٩﴾

tidak wajar bagi seseorang manusia yang Alloh berikan kepadanya alkitab, hikmah dan kenabian, kemudian dia berkata pada manusia “ hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Alloh, akan tetapi (dia berkata) hendaklah kamu menjadi orang orang rabbani karena kamu mengajarkan al kitab dan disebabkan kamu mempelajarinya”.(QS. al-Imran 79)

Ayat diatas menjelaskan bahwa islam mengajarkan pendidikan tanpa perbudakan sebagaimana para pengikut rahib yang menyembahnya. Islam membawa kebebasan dalam perbudakan dengan menjadi orang yang bijaksana.

Kedua, kemerdekaan akidah dalam qs baqarah ayat 256

لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ ۖ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ…..

“tidak ada paksaan untuk memasuki agama islam, sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari pada jalan yang sesat…….”(qs albaqarah 256)

Ayat diatas menjelakan tentang pendidikan yang diajarkan oleh islam tanpa paksaan, manusia boleh memilih mau ikuti islam yang didasarkan dengan dalil dan bukti yang sudah jelas atau tidak sama sekali. Hal tersebut perlu adanya hidayah terlebih dahulu untuk mengikuti ajaran islam dengan sukarela dan penuh kesadaran.

Ketiga kemerdekaan dalam berpikir dan mengemukakan pendapat dalam qs al-Baqarah 260

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ أَرِنِي كَيْفَ تُحْيِي الْمَوْتَىٰ ۖ قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِنْ ۖ قَالَ بَلَىٰ وَلَٰكِنْ لِيَطْمَئِنَّ قَلْبِي ۖ……..

“dan ingatlah saat Ibrahim berkata”ya tuhanku perlihatkan kepadaku bagaimana engkau menghidupkan orang-orang mati. Alloh berfirman: Apakah kamu belum percaya? Ibrahim menjawab: saya telah percaya, tetapi supaya bertambah tenang hati saya……..”(QS. al-Baqarah 260)

Ayat di atas menjelaskan tentang pendidikan yang mengajarkan kebebasan dalam berpikir dan pendapat mengenai pertanyaan nabi Ibrahim perkara menghidupkan orang mati supaya menambah ilmu melalui kesaksian mata, hal tersebut guna memberikan pengetahuan dan ketenangan hati melalui buktinya.

Keempat, kemerdekaan dalam berkehendak dalam QS. Al-Najm ayat 39-42

وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَىٰ ﴿ ٣٩﴾ وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَىٰ ﴿ ٤٠﴾ ثُمَّ يُجْزَاهُ الْجَزَاءَ الْأَوْفَىٰ ﴿ ٤١﴾ وَأَنَّ إِلَىٰ رَبِّكَ الْمُنْتَهَىٰ ﴿ ٤٢﴾

Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberikan balasan yang paling sempurna dan bahwasanya kepada tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu)”(qs A-Najm ayat 39-42)

Ayat diatas menjelaskan tentang Islam mengajarkan pendidikan yang bisa dihasilkan oleh usahanya sendiri tanpa paksaan orang lain, ia bebas berkehendak sesuai nalurinya sendiri, jika ia melakukan kebaikan maka akan mendapatkan kebaikan begitupun sebaliknya.

Kesimpulan beberapa ayat diatas, islam mengajarkan kebebasan bagi manusia yang menjadi fitrah dalam hidupnya yaitu kebebasan dalam hidup, berakidah, berpikir, berpendapat dan juga sesuai kehendaknya. Islam hadir menjadi agama yang toleran, hal tersebut disebabkan islam mampu hidup bersama dengan berbagai peradaban dan kebudayaan. Kebebasan Islam juga memberikan tempat yang mulia terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi

Budi, M.Pd.
Dosen Prodi PAI UNU Purwokerto

Tulisan sebelumnyaUNSOED – Pegiat FTBM Gelar Workshop dan Penguatan Pelajar Pancasila  
Tulisan berikutnyaAlhamdulillah! KBIHU NU Al Arofat Berangkatkan 330 Jamaah Calhaj Tahun 2023

TULIS KOMENTAR

Tuliskan komentar anda disini
Tuliskan nama anda disini