MBG Santri: Menjahit Kepemimpinan, Negara, dan Masa Depan Pesantren

Sebuah Catatan Redaksi
nubanyumas.com

Di pesantren, masa depan bangsa sering kali dirajut dalam senyap. Di bilik-bilik sederhana itulah para santri ditempa—menahan lapar, menguatkan hafalan, dan merawat mimpi besar tentang pengabdian. Karena itu, ketika Program Makan Bergizi Gratis (MBG) untuk santri diluncurkan di Pesantren Al-Hasani Sikebo, publik patut membaca ini lebih dari sekadar seremoni kebijakan.

Ada benang merah yang jelas antara kepemimpinan Gus Yahya, keberpihakan negara, dan kebutuhan riil santri. Ketua Umum PBNU KH. Yahya Cholil Staquf tidak sedang berbicara politik dalam pengertian retoris, melainkan menjahit kerja sama konkret agar negara hadir di ruang paling dasar pesantren: dapur dan gizi santri. Sebanyak 100 ribu santri menjadi penerima manfaat awal—angka yang merepresentasikan skala, sekaligus keseriusan.

Bagi santri, MBG bukan soal kenyang semata. Ini tentang tubuh yang lebih kuat untuk bangun sebelum subuh, pikiran yang lebih fokus untuk menghafal, dan stamina yang cukup untuk terus belajar dan berkhidmah. Gizi yang baik adalah fondasi sunyi dari lahirnya ulama, pendidik, dan pemimpin masa depan—para naibun ‘anil masyaikh yang akan meneruskan perjuangan keilmuan dan akhlak.

Di titik ini, MBG menjelma sebagai investasi peradaban. Bukan bantuan karitatif sesaat, melainkan penguatan ekosistem pesantren agar tetap tegak di tengah tantangan zaman. Gus Yahya membaca kebutuhan itu dengan jernih: jika pesantren ingin terus menjadi penyangga moral bangsa, maka santrinya harus dipastikan sehat lahir dan batin.

Catatan redaksi ini menilai langkah tersebut sebagai contoh politik kebangsaan yang berpihak pada masa depan. Politik yang tidak berhenti pada panggung wacana, tetapi menyentuh piring makan santri—tempat harapan dan ketahanan belajar bersemayam.

Karena itu, dukungan publik menjadi penting. MBG Santri adalah ikhtiar nyata: menjahit negara, pesantren, dan generasi penerus dalam satu benang kesejahteraan. Ketika santri terjaga gizinya, sesungguhnya bangsa sedang menyiapkan dirinya sendiri.

editor : akhyar

Tulisan sebelumnyaKiai Sahlan Abas – Heri Wijiarto Pimpin NU Ranting Gununglurah

TULIS KOMENTAR

Tuliskan komentar anda disini
Tuliskan nama anda disini