Mahasiswi Yang Merokok Cenderung Alami Krisis Psikososial

Mahasiswi Yang Merokok Cenderung Alami Krisis Psikososial
Mahasiswi Yang Merokok Cenderung Alami Krisis Psikososial

Akhir – akhir ini, di lingkungan kampus kerap terdapat fenomena sebagian kecil mahasiswi yang merokok.

Dari yang sembunyi-sembunyi disudut-sudut kegelapan bahkan sampai ada yang terang-terangan di keramaian kampus.

Berdasarkan temuan-temuan penelitian yang dilakukan beberapa kampus, fenomena merokok pada sebagian kecil mahasiswi mulai menjadi salah satu tren gaya hidup saat ini.

Penelitian mendapati bahwa fenomena merokok mahasiswi ini dilakukan oleh sebagian aktifis intra dan ekstra kampus.

Lebih spesifik, hal ini dilakukan oleh sebagian kecil aktifis senior di organisasi ekstra atau intra kampus.

Meski menurut penelitian kuantitas mereka sangat sedikit. Akan tetapi ini sangat berdampak negatif bagi perkembangan sosial mahasiswi pada level di bawah mereka.

Sebagian hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebagian kecil mahasiswi menganggap merokok sebagai ‘sahabat mereka’.

Merokok bisa membebaskan mereka dari stres, kekhawatiran, dan tekanan.

Sebagian besar mahasiswi yang merokok menganggap aktifitas ini sebagai perilaku yang tidak sering dilakukan oleh perempuan lain.

Sehingga saat merokok, seolah ada perasaan lebih superior tinimbang perempuan lain yang tidak merokok.

Bahkan sebagian kecil menyebutkan merasa menjadi sederajat dengan laki-laki dalam hal kebebasan hidup.

Sikap mental semacam ini tentu berbahaya, apalagi dilakukan oleh senior yang aktif di organisasi ekstra dan intra kampus.

Hal ini dikhawatirkan akan merembet pada keingintahuan rasa merokok dari mahasiswi junior.

Diperkuat dengan keinginan para senior untuk mempunyai pengikut, yaitu mahasiswi perokok.

Berdasarkan hasil penelitian, dua hal tersebut merupakan faktor yang paling berkontribusi bagi terbentuknya niat dan keinginan untuk merokok di kalangan mahasiswi.

Mahasiswi Merokok, Kajian Psikologi Perkembangan

Berdasarkan kajian psikologi perkembangan dari Erikson, fenomena merokok sebagian kecil mahasiswi terjadi karena adanya krisis aspek psikososial yang dialami pada masa perkembangan.

Semacam mengalami maladaptasi ketika mereka sedang mencari jati dirinya.

Maladaptasi yang disebutkan oleh interaksi dengan lingkungan diluar kampus.

Negatifnya, dampak maladaptasi ini dibawa kedalam kampus sehingga bisa mewarnai budaya mahasiswi lain.

Beberapa mahasiswi melakukan perilaku merokok sabagai cara kompensatoris.

Sepakat dengang Brigham (1991) bahwa perilaku merokok bagi sebagian kecil mahasiswa, termasuk yang dilakukan aktifis kampus merupakan perilaku simbolisasi.

Simbol dari gaya hidup bebas, diri yang merdeka dari segala aturan dan tradisi yang mengikat, kritik sosial, superioritas, kekuatan.

Bahkan dikalangan tertentu sebagai simbol kebinalan, kenakalan yang bisa.menjadi daya tarik bagi lawan jenisnya.

Mudah-mudahan fenomena merokok di kalangan sebagian kecil mahasiswi ini, terutama yang dilakukan oleh sebagian kecil aktifis ekstra dan intra kampus menjadi perhatian para pengelola kampus.

Sehingga daya tularnya, terutama kepada mahasiswi-mahasiswi semester baru bisa diantisipasi sedini mungkin.

Jangan sampai sebagian kecil mahasiswi senior yang merokok membisikkan kepada mahasiswi semester baru kata semacam ini,

“let’s join as a smoker” dan “Let us as students celebrate the symbol of freedom by smoke.”

Sebagaimana dikutip dari Laventhal dan Cleary dalam, “Masalah merokok: Tinjauan penelitian dan teori dalam modifikasi risiko perilaku.”

Penulis: Dudy Imanuddin Effendi
Dosen FDK UIN SGD Bandung dan Wakil Ketua Lakpesdam Jawa Barat

Tulisan sebelumnyaTambang Batubara Untuk Menghidupi Organisasi, Sangat Tidak Bijak!
Tulisan berikutnyaPedoman Administrasi NU: Jenis Surat yang Dikeluarkan Perkumpulan NU Sesuai Peraturan Perkumpulan NU Nomor 15/2022

TULIS KOMENTAR

Tuliskan komentar anda disini
Tuliskan nama anda disini