‘Ikon Filsafat’ Fahruddin Faiz Bahas Stoikisme dan Islam, Jawab Krisis Mental Gen-Z

PURWOKERTO, nubanyumas.com – Himpunan Mahasiswa Program Studi Bimbingan Konseling Islam (HMPS BKI) UIN Saizu Purwokerto berkolaborasi dengan Lembaga Kajian Nusantara Raya (LK NURA) sukses menggelar Seminar Nasional Filsafat bertema “Stoikisme dan Islam: Menggapai Kebahagiaan dan Tujuan Hidup”, Kamis (22/5/2025), di Auditorium Utama UIN Saizu.

Acara ini diikuti lebih dari 800 peserta dari berbagai kalangan dan menghadirkan Dr. Fahruddin Faiz, tokoh filsafat Islam terkemuka, sebagai pembicara utama. Seminar bertujuan membedah relevansi nilai Stoikisme dan ajaran Islam dalam menjawab krisis mental generasi muda, khususnya Generasi Z.

Dalam pemaparannya, Dr. Faiz menyoroti keselarasan antara Stoikisme dan Islam, seperti prinsip ataraxia, amor fati, dan apatheia dengan konsep tawakal, sabar, dan ridha dalam Islam. “Islam dan Stoikisme sama-sama mengajarkan ketenangan batin melalui penerimaan dan pengendalian diri,” jelasnya.

Ketua pelaksana, Ikhsani, menyatakan bahwa seminar ini dirancang sebagai respon atas meningkatnya tekanan hidup di kalangan pemuda. “Kami ingin membentuk mentalitas Gen Z yang tangguh dan bijak dalam menghadapi hidup modern,” ungkapnya.

Sementara itu, Ketua HMPS BKI, M. Zulfan Azmi, menegaskan pentingnya membekali mahasiswa dengan perspektif filosofis dan spiritual. “Kegiatan ini mendorong mahasiswa memahami kebahagiaan sejati dan arah hidup yang bermakna,” ujarnya.

Sesi tanya jawab berlangsung dinamis, mencerminkan tingginya antusiasme peserta dalam menggali makna Stoikisme dan aplikasinya dalam kehidupan mahasiswa. Banyak peserta mengaku baru mengenal konsep ini, namun merasa lebih tercerahkan secara mental dan spiritual.

Lebih dari sekadar diskusi akademik, seminar ini menjadi ruang refleksi untuk membangun keseimbangan jiwa dan pikiran. Konsep-konsep filsafat yang selama ini terkesan jauh, dibumikan dan ditautkan langsung dengan kehidupan generasi muda masa kini.

HMPS BKI dan LK NURA menyatakan komitmennya untuk terus menghadirkan kegiatan edukatif serupa. “Ini awal dari gerakan literasi filsafat yang lebih membumi. Kami ingin menjadikan filsafat sebagai bekal mental bagi jiwa-jiwa muda,” tutup Ikhsani.

 

Tulisan sebelumnyaKhutbah Idul Adha 1446 H: Pengorbanan Ibrahim dan Ismail di Era Modern

TULIS KOMENTAR

Tuliskan komentar anda disini
Tuliskan nama anda disini