14 Februari 1871 M, tepat hari ini 151 tahun yang lalu, anak ketiga dari pasangan Kiai Asy’ari dan Nyai Halimah lahir di Desa Gedang, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Waktu itu, baik Kiai Asy’ari maupun Nyai Halimah mungkin tak pernah berfikir jika bayi laki-laki nya itu kelak pada masa dewasanya akan menjadi (sang kiai) tokoh besar Islam Indonesia.
Adalah Muhammad Hasyim Asy’ari atau KH Hasyim Asy’ari, sang Founding Fathers organisasi Nahdlatul Ulama (NU) yang kini tengah memasuki usia satu abad. Ia lahir pada Selasa Kliwon, 24 Dzul Qa’dah 1287 H.
Achmad Muhibbin Zuhri dalam Pemikiran KH M Hasyim Asy’ari tentang Ahl Sunnah wal  Jama’ah, (2010: 68). Menulis bahwa garis keturunan KH Hasyim Asy’ari memiliki dua trah sekaligus, yakni trah bangsawan dan elite agama. Dari bapak, nasabnya tersambung sampai bangsawan Muslim Jawa yaitu Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya (Abdurrahman) dan juga Sunan Giri (Ainul Yaqin), sebagai seorang elit agama. Sementara dari jalur ibu, tersambung sampai ke Bangsawan Hindu Jawa yakni Lembung Peteng atau Raja Brawijaya IV.
NU Online dalam Trah Bangsawan dan Elite Agama KH Hasyim Asy’ari di dijelaskan bahwa jalur keturunan dari bapak adalah M Hasyim Asy’ari bin Asy’ari bin  Abdul Wakhid bin Abdul Halim (Pangeran Benawa) bin Abdurrahman (Jaka Tingkir) bin Abdullah bin Abdul Aziz bin Abdul Fattah bin Maulana Ishaq bin Ainul Yaqin (Sunan Giri).
Baca Juga : Kiai Nurhakim, Ulama Banyumas Masa Kolonial Belanda
Sedangkan dari jalur keturunan ibu yakni M Hasyim Asy’ari bin Halimah binti Layyinah bin Sihah bin Abdul Jabbar bin Ahmad bin Pangeran Sambo bin Pangeran Benawa bin Jaka Tingkir bin Lembu Peteng (Prabu Brawijaya IV).
Sumber lain menyebutkan bahwa Mbah Hasyim juga memiliki trah Basyaiban, yaitu darah keturunan dari para dai Timur Tengah dari Ahlul Bait yang melakukan penyebaran Islam di Asia Tenggara, termasuk Indonesia pada abad ke-14. Alwi Shihab, dalam Islam Sufistik: Islam Pertama dan Pengaruhnya hingga Kini di Indonesia (2001: 117).
Dikisahkan, saat mengandung KH Hasyim Asy’ari, Nyai Halimah sudah merasakan sesuatau yang aneh terhadap bayinya itu. Pada suatu hari saat mengandung KH Hasyim Asy’ari ia pernah bermimpi melihat rembulan dan rembulan itu jatuh tepat di dalam kandungannya. Tulis Ni’am Syamsun, dalam Wasiat Tarekat Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari, (2011: 89).
Mimpi itu tentu bukanlah kembang tidur belaka, tetapi sebuah pertanda akan keajaiban serta kehebatan ilmu agama KH Hasyim Asy’ari dalam kehidupanya kelak. Hal itu terbukti jika KH Hasyim Asy’ari menjadi satu-satunya Kiai Nusantara yang dianugerahi gelar sebagai Hadratussyaikh yang berarti maha guru.(*)