Demi Khidmat NU, Pinjam Sepatu pun Tak Masalah

Demi Khidmat NU, kang ngasip pinjam sepatu

SIAPA yang tidak tahu Kang Ngasip di desa itu. Ia adalah aktifis GP Ansor ranting, yang militansinya kepada NU sudah tidak diragukan lagi. Jika ada kegiatan Ansor, ia pasti kelihatan. Ia sering meninggalkan kegiatan pribadinya demi melaksanakan kegiatan ke-NU-an.

Sering karena banyak anggota Ansor di desanya yang sibuk, ia mau saja berangkat dalam kegiatan. Apapun bentuk kegiatannya. Tak hanya melulu soal keagamaan saja, namun kegiatan sosial, peternakan, pertanian dan lainnya. Ia tak pernah menolak. Lintas bidang ia mau mewakili.

Ia juga sering menunda dan meninggalkan ngarit untuk kambingnya. Atau terkadang ia menyuruh istri atau minta tolong keponakannya untuk mencari pakan kambing. Kewajiban harian ini rela ia tinggalkan demi NU.

Untuk menutupi kebutuhan hidupnya, ia jualan cilok keliling kampung. Dan demi kegiatan organisasi, ia juga kerap rela libur dari jualan ciloknya, untuk menunaikan tugas organisasi. Sebuah militansi yang jarang dimiliki oleh kebanyakan orang.

Ia merasa orang bodoh, tidak pandai ngaji. Bukan keturunan ulama, tapi ia ingin dekat dengan ulama, sehingga nderek dawuh Kyai adalah harga mati.

Siapakah yang saat ini bisa mengkoordinir remaja masjid kemudian dikader untuk masuk IPNU dan IPPNU? Siapakah sosok muda yang dimasa pandemi masih nekad berkumpul untuk bersholawatan? Kang Ngasiplah orangnya.

Mengikuti kegiatan NU adalah dawuh Kyai. Ini adalah prinsip yang ia pegang. Sehingga ketika ada kesempatan untuk menghadiri acara tertentu, asal ada perintah dari panglima Ansor, ia pasti siap melasanakannya.

Baca Juga : Ikhtiar Kita Tinggal Doa

Ia tak begitu terpengaruh dengan sekeliling, ia hanya melihat kyai-kyai alim yang mendirikannya. Kagumnya terhadap para pendiri NU, menjadikan militansinya terhadap jam’iyah ini tanpa batas. Ia berupaya lahir batin, jasmani ruhani. Tak hanya kata-kata, korban harta pun ia tidak keberatan.

Saat kepala desa mengundang ormas untuk mengikuti kegiatan Tujuh belasan di desanya, Kang Ngasip mewakili GP Ansor rantingnya. Kebetulan jajaran pengurus harian dan anggota yang lain, tidak ada yang bisa mengikuti kegiatan upacara HUTRI di balai desa.

Namun, saat akan berangkat, ternyata Kang Ngasip tak punya sepatu bagus. Akhirnya ia pinjam kepada temannya.
“Demi khikmat NU, pinjam sepatupun tak masalah…..”
Laki-laki itu merasa bahwa ikut upacara HUTRI adalah bagian dari cinta NKRI. Dan, ini semua bagian dari yang diperjuangkan oleh NU. (*)

Baturraden, September 2021

Tulisan sebelumnyaTentang Strategi Taliban, Resource Management hingga Kampanye Pemilu
Tulisan berikutnyaSako Ma’arif Banyumas Delegasikan Pembina Ikuti KML Jateng

TULIS KOMENTAR

Tuliskan komentar anda disini
Tuliskan nama anda disini