Bersaudara Dalam Kemanusiaan

NU, Acuan Utama Pemikiran Islam Moderat Dunia
NU, Acuan Utama Pemikiran Islam Moderat Dunia

Oleh : Muhammad Arief Albani

Perdamaian dalam pandangan Islam merupakan salah satu indikator ke- Iman an seorang muslim. Jika seorang muslim ber- Iman dengan baik, maka dapat dipastikan kedamaian akan selalu menghiasi langkahnya. Kata “Islam” yang dimaknai sebagai “selamat” berarti menghadirkan kedamaian bagi diri sendiri dan lingkungan sekitarnya. Damai dalam segala hal yang dikerjakannya, serta dama dalam pergaulan hidupnya bersama orang-orang di sekitarnya.

Allah SWT berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِيْ السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشِّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِيْنٌ

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan (total), dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”. (QS. Al-Baqarah : 208)

Kaffah –nya umat Islam dalam menjalankan ajaran agama, menjadikan kita mulia dalam ke- Imanan yang sempurna. Kemuliaan kita umat Islam yang beriman akan terjaga jika dapat menjaga persatuan dan kekompakan serta turut mengajak seluruh umat di dunia agar senantiasa menjaga perdamaian.

Firman Allah SWT :

ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَمَا ثُقِفُوا إِلَّا بِحَبْلٍ مِنَ اللّٰهِ وَحَبْلٍ مِنَ النَّاسِ

“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang pada tali hubungan kepada Allah dan tali hubungan dengan sesama manusia”. (QS. Ali-Imran : 112)

Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari dalam Qonun Asasi Nahdlatul Ulama, mengingatkan kita dalam hal persatuan dan kekompakan serta menjaga kebersamaan (perdamaian) ;

فَإِنَّ الْاِجْتِمَاءَ وَالتَّعَارُفَ وَالْاِتِّحَادَ وَالتَّآلُفَ هُوَ الْأَمْرُ الَّذِيْ لَا يَجْهَلُ أَحَدٌ مَنْفَعَتَهُ. كَيْفَ وَقَدْ قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : يَدُ اللّٰهِ مَعَ الْجَمَاعَةِ فَإِذَا شَذَّ الشَّاذُّ مِنْهُمْ اِخْتَطَفَتْهُ الشَّيْطَانُ كَمَا يَخْتَطِفُ الذِّئْبُ مِنَ الْغَنَمِ.

“Sesungguhnya pertemuan dan saling mengenal, persatuan dan kekompakan adalah hal yang tidak seorangpun tidak mengetahui manfaatnya. Betapa tidak, Rasulullah SAW benar-benar telah bersabda : tangan Allah bersama jama’ah (orang yang berkumpul). Apabila diantara mereka itu ada yang memencil sendiri, maka syaitan pun akan menerkamnya seperti serigala menerkam anak kambing”

Dengan terwujudnya perdamaian dalam kehidupan kita, maka segala sektor kehidupan akan dapat berjalan dengan baik. Jika perdamaian terwujud, maka semua dapat berjalan lancar dan tenang. Pembangunan berjalan tanpa halangan, ketenangan dalam beribadah dapat menjadi kenikmatan. Kita bisa rasakan saat ini di Indonesoa, bagaimana nikmatnya beribadah di tengah-tengah perdamaian yang jauh dari konflik dan peperangan. Jika saat ini kita berada dala kondisi seperti negara-negara yang berkonflik, maka bisa dipastikan kita tidak dapat beribadah dengan tenang.

Perdamaian merupakan pengejawantahan nilai-nilai Islam. Mewujudkan perdamaian, berarti menjalankan nilai-nilai agama yang pastinya berpotensi meningkatkan ke-takwa an kita. Rasulullah SAW menyampaikan bahwa ketika seseorang mampu mewujudkan perdamaian, maka pahalanya akan bisa melebihi pahala shalat, zakat dan shodaqoh.

أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَفْضَلَ مِنْ دَرَجَةِ الصَّلَاةِ, وَالصِّيَامِ, وَالصَّدَقَةِ؟ قَالُوا : بَلَى. قَالَ : إِصْلَاحُ ذَاتِ الْبِيْنِ. وَفَسَادُ ذَاتِ الْبِيْنِ هِيَ الْحَالِقَةُ.

“Maukah jika aku kabarkan pada kalian sesuatu yang lebih utama dari derajat sholat, puasa dan shodaqoh? Para sahabat berkata ; tentu Yaa Rasulullah. Beliau bersabda ; mendamaikan orang yang berselisih. Rusaknya orang yang berselisih adalah pemangkas seluruh amal kebaikan yang telah dikerjakan”.

Dari Hadits tersebut, dapat kita pahami bahwa Nabi Muhammad SAW sangat mendorong kita umatnya untuk mampu menjadi juru perdamaian.

Sebuah keniscayaan dalam kehidupan di dunia ini, kita hidup berdampingan bersama berbagai latarbelakang suku, bangsa, bahasa hingga agama. Namun perbedaan tersebut hendaklah tidak menjadi pemicu adanya kebencian atas perbedaan yang ada.

Rasulullah SAW membawa risalah Islam sebagai agama yang toleran. Bahkan Rasulullah SAW menjadikan sebuah kota bernama Madinah tanpa membedakan umat yang ada di dalamnya. Begitu halnya seharusnya di Indonesia yang sangat beragam latarbelakang nya.

Nahdlatul Ulama selalu selaras dengan misi Rasulullah SAW yang merupakan penyempurna Akhlaq al-Karimah. Warga Nahdlatul Ulama yang merupakan warga negara Indonesia adalah kaum yang selalu mengedepankan perdamaian, memiliki akhlak yang baik dengan memberi tauladan untuk menebar kasih sayang dan menghindari permusuhan.

Persatuan antar manusia dalam kehidupan berbangsa, tidak hanya persatuan antar umat Islam atau bahkan hanya persatuan antar sesama anggota organisasi atau kelompok semata. Persatuan kita dalam kehidupan berbangsa merupakan persatuan seluruh rakyat Indonesia. Demi kesatuan negara Indonesia yang telah diperjuangkan oleh seluruh elemen bangsa Indonesia dari seluruh wilayah dan dari berbagai latarbelakang agama serta suku bangsa.

Maka momentum peringatan Hari Persaudaraan Manusia Internasional, yang diperingati setiap tanggal 4 Februari di seluruh dunia atas inisiasi Syaikh Ahmad Tayyeb Grand Syaikh Azhar Mesir dan Paus Franciskus, merupakan tonggak baru upaya perdamaian manusia di seluruh dunia.

Persaudaraan Manusia yang diikat melalui proses “Dialog Timur dan Barat” sejak beberapa tahun silam, akhirnya disepakati bersama melalui penandatanganan dokumen “Human Fraternity for World Peace and Living Together” di Abu Dhabi pada tanggal 4 Februari 2019.

Langkah tersebut menjadi langkah mulia yang perlu didukung oleh seluruh masyarakat dunia, demi terciptanya kehidupan dunia yang damai dan manusia-manusia di dalamnya hidup dalam ikatan persaudaraan yang setara sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Sesungguhnya, semua agama mengajarkan nilai-nilai kasih sayang, toleransi dan penghormatan terhadap sesama manusia [.]

الناس صنفان إما أخ لك في الدين, أو نظير لك في الخلق

“Manusia ada dua jenis ; entah dia saudara dalam agama (se-agama) atau setara/sederajat denganmu dalam penciptaan” (Sayyidina Ali ibn Abi Thalib)

Purwokerto, 1 Februari 2025

Penulis :
Muhammad Arief Albani
Alumni Pesantren Tebuireng Jombang
Penasehat PW IKAPETE PAPUA

Tulisan sebelumnyaKetua PBNU KH Miftah Faqih: NU Banyumas Memiliki Sejarah Besar dan Peran Strategis

TULIS KOMENTAR

Tuliskan komentar anda disini
Tuliskan nama anda disini