Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW

Sejarah Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW
Manuskrip Maulid Nabi Koleksi Yayasan Ali Hasjmy Banda Aceh

Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW memiliki sejarah yang panjang. Perayaan maulid nabi adalah salah satu perayaan paling awal dalam tradisi Islam. Maulid Nabi sudah dilaksanakan sejak abad pertama hijriyah, oleh Nabi sendiri dengan cara menahan diri mengonsumsi makanan selama sehari penuh. Beliau melakukannya setiap hari Senin. Ketika ditanya, beliau menjawab, “Pada hari itulah aku dilahirkan…” (HR. Muslim, Ahmad, Nasa’i dan Hakim)

Dalam perkembangannya perayaan Maulid Nabi semakin mengalami perubahan bentuk dan tata cara. Perubahan tersebut semakin membesar pada abad kedua hijriyah pada era pemerintahan Daulah Abbasiyah, kemudian menjadi tradisi tahunan dan menyebar ke seluruh penjuru dunia muslim saat ini. Tulisan ini akan membahas aspek sejarah Maulid Nabi, supaya kita lebih arif menyikapi fenomena yang sudah berlangsung ribuan tahun ini.

Awal Mula Perayaan Maulid Nabi

Menurut tulisan Ahmad Tsauri dalam buku Sejarah Maulid Nabi (2015), kelahiran Nabi Muhammad SAW sudah dirayakan oleh masyarakat muslim sejak abad kedua hijriyah. Merujuk Nur Al Din Ali dalam kitabnya Wafaul Wafa bi Akhbar Dar Al Mustofa bahwa Khaizuran (170 H/786 M), Ibu Amirul al-mukminin Musa dan al-Rasyid, datang ke Madinah dan memerintahkan penduduk mengadakan perayaan Maulid Nabi SAW di Masjid Nabawi. Beliau kemudian ke Mekah dan memerintahkan peringatan Maulid Nabi di rumah-rumah mereka.

Khaizuran sendiri adalah seorang wanita terpelajar. Ia termasuk salah satu wanita yang menguasai ilmu fiqh secara mendalam. Sekaligus orang yang berpengaruh selama masa pemerintahan 3 khalifah Abbasiyah, yaitu pada masa Khalifah al-Mahdi bin Mansur al-Abbas (suami), Khalifah al-Hadi dan Khalifah al-Rasyid (putra).

Dari catatan sejarah nampak bahwa Khaizuran memang mempunyai perhatian tersendiri pada aspek-aspek yang berhubungan dengan Rasulullah SAW utamanya Maulid Nabi SAW, beserta situs-situs sejarah peninggalan Nabi. Termasuk memprakarsai penghormatan terhadap kelahiran Rasulullah SAW.

Khairuzan memerintahkan untuk mengadakan perayaan Maulid Nabi agaknya terinspirasi oleh perayaan-perayaan yang ada di masa pemerintahan Abbasiyah selain Idul Fitri dan Idul Adha. Waktu itu ada perayaan akhir tahun dan awal tahun yang disebut Nairuz dan Mahrajan dan perayaan Ram. Peringatan Maulid Nabi SAW sendiri mulai diadakan pada masa putranya Khairuzan Harun Al Rasyid ketika menjabat sebagai khalifah menggantikan ayahnya.

Kemungkinan lain, Khairuzan memerintahkan untuk mengadakan Maulid Nabi agar umat Islam tidak latah ikut serta dalam perayaan Nairuz dan Mahrajan yang muatannya bertentangan dengan syariat Islam. Dua perayaan ini agaknya menyebar ke seluruh wilayah Islam pada zaman Harun Al Rasyid. Banyak Ulama Andalusia yang mengutuk perayaan Nairuz, Mahrajan dan Ram itu, seperti Ibnu Waddah (w. 289 H), dan Ibnu Basykuwal (w.578 H). Problem yang sama juga terjadi di daerah lain.

Baca Juga : Sejarah Singkat Maulid Nabi Muhammad di Jawa

Di sisi yang lain. daripada mengeluarkan fatwa haram terhadap muslim yang mengikuti perayaan Nairuz dan Mahrajan, Khairuzan dan ulama Abu Abbas al-Azzafi mencoba mengganti kedua perayaan itu dengan perayaan maulid nabi SAW dan menyebarkannya ke berbagai wilayah Islam. Sebagai solusi untuk memberikan media baru bagi umat, suatu perayaan yang tidak bertentangan dengan syariat Islam.

Bentuk Maulid Nabi Muhammad

Karena minimnya catatan sejarah, bentuk perayaan Maulid pada masa itu hanya dapat diperkirakan tata caranya oleh para sejarawan . Ada tiga bentuk utama, yaitu:

Pertama, mendengarkan bacaan maulid Nabi berupa syair (puisi) ataupun esai. Pada masa itu mendengarkan kisah adalah kegiatan yang mereka lakukan untuk mengisi waktu luang. tetapi ada juga argumen yang mendasari hal ini, yaitu tradisi pembacaan syair yang berisi pujian kepada Nabi sudah dimulai sejak zaman Nabi, seperti Ka’ab bin Zuhair yang syairnya dibacakan didepan Nabi dan sahabat disuruh untuk mendengarkan.

Kedua, membagikan makanan dan pakaian. Pendapat ini didasari oleh pandangan bahwa kebiasaan ini sudah berlangsung pada perayaan Idul Fitri dan Idul Adha di zaman itu. Sehingga perayaan Maulid Nabi pun kemungkinan besar meneruskan kebiasaan tersebut.

Ketiga, mengunjungi rumah Nabi Muhammad SAW. Karena situs sejarah di kota Mekah yang sangat terkenal di masa itu adalah tempat lahir Nabi Muhammad SAW. Banyak catatan sejarah yang menuliskan posisi istimewa tempat kelahiran Nabi Muhammad SAW. (*)

Tulisan sebelumnyaPimpinan Ranting IPNU IPPNU Karangsalam Adakan Tadabur Alam
Tulisan berikutnyaSejarah Singkat Maulid Nabi Muhammad di Jawa

1 KOMENTAR

TULIS KOMENTAR

Tuliskan komentar anda disini
Tuliskan nama anda disini