Pimpinan MTA Wafat, Mau Berdoa Takut Gak Sampai. Benarkah?

Agus Ahmad Hadidul Fahmi Lc sedang mengisi pengajian di Ponpes Pembangunan Miftahul Huda, Cigaru, Majenang dalam sebuah acara. (istimewa)

Seperti kita diperintahkan bersedih untuk kematian ulama, kita juga diperintahkan bergembira atas kematian ahli fitnah dan pengujar kebencian. Para ulama kita mengatakan, hal itu tidak bermaksud apa apa selain untuk menumbuhkan kehati hatian bagi orang awam yang bisa saja terjerumus ke ajarannya, meskipun mereka sudah meninggal.

Oleh sebab itu, kematiannya disebut sebagai ‘waktu istirahat’ bagi orang yang ditinggalkan, bahkan bagi lingkungan. Dalam hadis Abi Qatadah al Anshori, Nabi Muhammad menggambarkan kepergian mereka, para ahli fitnah, dengan redaksi:

“Kematiannya membuat masyarakat, negara, pepohonan dan hewan melata merasa nyaman”.

Ulama-ulama kita pun mencontohkan hal yang sama. Saat tersebar berita kematian al Mirrisi, murid Abu Yusuf yang dianggap sesat, Bisyr bin al Harits sedang berada di pasar. Beliau berkomentar,

“Seandainya berita ini tidak tersebar luas, tentu saja tetap berita yang perlu direspon dengan kalimat syukur bahkan sujud syukur. Segala puji milik Allah yang telah membuatnya meninggal.”

Al Hafidz al Dzahabi menuliskan kisah Salamah bin Syubaib. Salamah bercerita : “Satu hari aku di samping As-Shan’ani. Lalu berita kematian Abdul Majid sampai ke kami”.

As-Shan’ani lantas berujar:
“Segala puji milik Allah yang telah membuat umat Muhammad aman dari gangguan Abdul Majid”

Abdul Majid nama lengkapnya adalah Abdul Majid bin Abdul Aziz bin Abi Rawwad. Ia merupakan tokoh besar Murjiah.

Ibnu Katsir juga menceritakan sikap umat Islam, saat tersebar berita meninggalnya salah seorang pembesar sekte yang menyimpang. Ia berujar ;

“Allah telah memberi umat Islam perlindungan dari gangguannya pada tahun ini, bulan Dzulhijjah. Ia dikebumikan di dalam rumahnya, lantas dipindah ke pemakaman Quraisy. Allahlah pemilik segala puji dan anugrah. Di hari kematiannya, Ahlus Sunnah merasa sangat gembira. Mereka menampakkan rasa syukur tak terhingga kepada Allah. Tidaklah kalian jumpai seorang pun dari kelompok Ahlus Sunnah di hari itu, melainkan mengungkapkan pujian pada Allah”.

Perlukah kita bergembira ataukah malah harus bersedih atas kematian Sukino?
Netizen malah bergurau: “Mau mendoakan takut doanya gak sampai”

Penulis :
Agus Ahmmad Hadidul Fahmi, Lc.
Alumni Al Azhar, Cairo, Mesir
Anggota Lembaga Bahtsul Masail NU Banyumas

==========

Cek tulisan asli : Status Facebook Gus Fahmi

Tulisan sebelumnyaMayoritas Wisudawan STIQ Miftahul Huda Rawalo Hafal Al Qur’an
Tulisan berikutnyaReposisi Gerakan, PMII Diminta Kuasai Entrepeneur dan Media

TULIS KOMENTAR

Tuliskan komentar anda disini
Tuliskan nama anda disini