Benarkah Salahuddin Al Ayyubi Pemrakarsa Maulid Nabi?

Banyak pendapat yang mengatakan bahwa Salahuddin al Ayyubi adalah orang yang pertama kali mengadakan Perayaan Maulid Nabi di Mesir. Tetapi Ahmad Tsauri penulis buku sejarah Maulid Nabi membantahnya. Berdasarkan temuannya, dia tidak menemukan satu pun literatur yang menyatakan itu.

Seperti kita ketahui bersama Salahuddin al Ayyubi datang ke mesir bersama pamannya Asad al Din. Keduanya memimpin pasukan atas perintah Raja Al Mubarak Al Maimun Nur al Din Mahmud. Dengan persenjataan yang lengkap, bekal yang melimpah, Salahuddin dan pasukannya berhasil menaklukan Mesir.

Tepat pada tahun 567 H, Salahuddin secara resmi mengganti kekuasaan Dinasti Fatimiyyah dengan dinasti Abasiiyah di mesir, ditandai dengan menghapus penyebutan Khalifah Dinasti Fatimiyyah dari teks Khutbah Jumat diganti dengan nama Khalifah al Mustadi li Amrillah dari Dinasti Abbasiyah.

Setelah mengambil alih kekuasaan dari penguasa Dinasti Fatimiyyah, Salahuddin al Ayyubi menghentikan peringatan-peringatan yang dilakukan oleh penguasa Dinasti Fatimiyyah seperti Assyura, ‘Id al Ghadir, al Khalij, ‘Id Adha, layalli al Wuqud dan Maulid Nabi. Menurut Muhammad Khalid Tsabit penghentian dilakukan oleh Salahuddin al Ayyubi untuk merubah persepsi masyarakat Mesir mengenai peringatan-peringatan hari besar Islam, terutama Maulid yang identik dengan Syiah.

Namun tidak ada data yang menyatakan bahwa Salahuddin adalah orang yang memprakarsai perayaan Maulid Nabi Muhammad di Mesir. Data-data hanya menunjukan bahwa inisiator perayaan Maulid Nabi adalah al Malik Muzaffar Abu Sa’id Kukuburi. Dia adalah salah satu panglima andalan Salahudin yang kemudian diangkat menjadi Raja di Irbil dan wilayah disekitarnya. Para sejarawan mencatat perannya dalam mempopulerkan peringatan Maulid Nabi.

Dalam catatan sejarah, para ulama dan masyarakat umum datang dari penjuru dunia Islam mengunjungi Irbil mengikuti perayaan Maulid. Ibnu Khalikan menggambarkan Maulid Nabi Muhammad era tersebut sebagai perayaan yang sangat megah. Tidak kurang menu yang dihidangkan sekitar 5000 kepala kambing, 10.000 ekor ayam, 100 ekor kuda dan puluhan jenis makanan dan buah-buahan. Pada malam puncak diadakan sima’an qasidah setelah berjamaah salat maghrib di Istana. (*)

Tulisan sebelumnyaRefleksi Hari Kesaktian Pancasila, Madrasah Hidayatul Mubtadi’in Kemranjen Ajak Siswa Kenang Pahlawan
Tulisan berikutnyaOperator SISNU Banyumas, Digembleng Wawasan Kebangsaan

TULIS KOMENTAR

Tuliskan komentar anda disini
Tuliskan nama anda disini